eviindrawanto.com – Apa yang terjadi jika sebuah even budaya berusia puluhan tahun dikemas dalam  pariwisata seperti  Festival Pacu Jalur Kuansing?
Keseruan habis! Tak main-main, atraksi setiap telah menyedot ratusan ribu pengunjung. Mereka memadati seluruh tribun yang ada di Tapian Narosa, Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tempat pacu jalur berlangsung.
Mengenai Pacu Jalur
Pacu Jalur merupakan sebuah tradisi lama yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau. Dalam tradisi ini, terdapat perlombaan mendayung yang dilakukan dengan menggunakan perahu kayu gelondongan atau kayu utuh tanpa sambungan yang oleh masyarakat setempat disebut jalur.
Lomba ini menjadi bagian penting dari tradisi Pacu Jalur, di mana peserta akan menunjukkan kepiawaian mereka dalam mengendalikan perahu di atas air dan memperebutkan gelar juara.
Selain sebagai ajang perlombaan, Pacu Jalur juga menjadi simbol penting dari budaya dan tradisi yang ada di Provinsi Riau, serta menjadi daya tarik wisata yang populer bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Festival Tahunan Pacu Jalur Bisa Meningkatkan Ekomi Lokal
Dan bila kerumunan bernuansa positif, dialalui dengan kegembiraan, terkelola dengan baik akan berakhir dengan kebaikan, ya teman-teman. Tingginya antusiasme masyarakat untuk menyaksikan Festival Pacu Jalur di Kuansing ini, tentu saja berimbas positif pada perekonomian masyarakat.
 Mengapa bisa begitu?
Jawabnya mudah. Biasanya kalau kita datang ke suatu event wisata,selain mau melihat acaranya tentu ingin belanja. Itu berarti bisa jajan dengan menikmati makanan khas setempat, minuman atau membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Dalam setiap Festiva Pacu Jalur Kuansing, panitia menjawab kebutuhan itu dengan menyediakan area khusus untuk berjualan. Hal ini disambut antusias para pedagang. Banyak yang dijajakan, beragam dan berciri daerah.
Ada dodol khas Kuansing yang disebut Galamai dalam Bahasa setempat. Bentuknya unik karena dibungkus anyaman. Ada pula Lemang atau lamang yang dilengkapi dengan tapai ketan. Para pedagang ini memadati Taman Jalur yang berada di areal lomba.
Tentu saja ini adalah sebuah situasi yang sangat baik. Karena Festival Pacu Jalur Kuansing mampu menghadirkan pengunjung dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu, impact-nya juga dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya bagi perekonomian warga.
Suvenir di Festival Pacu Jalur
Suvenir merupakan komponen penting dari pengalaman wisata. Sebagian besar kita senang  membawa pulang kenang-kenangan berupa suvenir sebagai bukti telah mendatangi destinasi atau suatu keriaan. Karena kita sangat suka mengingat momen spesial selama berwisata, souvenir adalah benda paling tepat dalam mengabadikan momen-momen spesial itu.
Maka diantara deretan pedagang di Taman Jalur, kita juga bisa mendapatkan souvenir khas Festival Pacu Jalur ini. Seperti kaos bermotif perahu, serta miniatur perahu. Ohya dalam bahasa setempat perahu disebut  jalur. Pacu Jalur artinya balap perahu.
Miniatur ini dijual dengan bentuk dan harga beragam. Ada yang dijual dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 2 juta.
Bedanya, miniatur perahu yang Rp 25.000 berukuran lebih kecil. Sedangkan yang seharga Rp 2 juta lebih detail. Yaitu perahu lengkap dengan para pendayungnya. Replika ini juga disimpan di box kaca.
Panjangnya Perahu Pacu Jalur
 Informasi buat kamu, perahu atau jalur terbuat dari satu pohon utuh. Bentuknya bisa panjang sekali. Makanya sebuah jalur bisa berisi 40 hingga 60 pedayung. Ini mirip dengan Perahu Lesung suku Asmat atau Suku Mentawai juga terbuat dari satu batang pohon utuh yang dibentuk hingga menjadi perahu.
Ini kan luar biasa, sebuah event seperti Pacu Jalur, bisa menggerakkan kreativitas warga. Contohnya melalui replika perahu. Ini tidak sembarangan. Butuh ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Apalagi bentuknya juga samgat detail. Tak heran kalau harganya pun mahal.