5 Rekomendasi Wisata Sejarah di Ambon Manise – Masjid Ulihalawang, Rumah Pusaka Lating Nustapy , Benteng Amsterdam, Gereja Emanuel, dan Masjid Tua Wapauwe.
Membaca tentang ibu kota Maluku, mau tidak mau pikiran seorang turis seperti saya akan teringat pada pantai berpasir putih, air laut bening bergradasi, dan matahari terbenam yang Masya Allah indahnya.
Tapi perjalanan bersama teman-teman Genpi membuka wawasan. Bahwa Ambon juga adalah tempat tujuan wisata sejarah. Setelah menyaksikan upacara Cuci Parigi pusaka di Banda Neira dan Lonthoir saya, saya dan teman-teman menghabiskan satu hari menjelajah kawasan wisata sejarah sekitar kota Ambon. Kota cantik yang pernah jadi primadonanya Portugis dan VOC Belanda karena rempah-rempahnya.
Memulai Wisata Sejarah di Ambon Manise
Rekomendasi Wisata Sejarah di Ambon dalam artikel ini berkisar di kecamatan Leihatu, Maluku Tengah. Di sini pernah berdiri kerajaan Islam bernama Tanah Hitu.
Tanah Hitu pernah jadi pusat perdagangan rempah. Wilayah paling utara Pulau Ambon ini juga banyak melahirkan cendekiawan dan pahlawan di masanya. Berjaya beberapa abad (1470-1682), tempat pendaratan pertama Portugis ini kemudian disusul Belanda.
Sejarahnya yang panjang meninggalkan jejak lewat bangunan-bangunan tua yang semuanya telah dilindungi Pemerintah Indonesia sebagai Cagar Budaya.
5 Rekomendasi wisata sejarah di ambon ini adalah Masjid Ulihalawang, Rumah Pusaka Lating Nustapy , Benteng Amsterdam, Gereja Emanuel, dan Masjid Tua Wapauwe.Â
Dari Kota Ambon membutuhkan sekitar 2 setengah jam bermobil menuju Desa Hila destinasi pertama kami. Desa yang terletak di paling ujung pulau Ambon langsung menghadap ke laut adalah tempat pertama pendaratan Portugis di Ambon.
- Telisik juga Banda Neira Aku Datang
- Telisik juga Cuci Parigi Pusaka di Pesta Rakyat Banda 2018
1. Wisata Sejarah di Ambon:Â Masjid Ulihalawang
Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Hasan Sulaiman, seorang ulama besar Hila abad ke-17. Terletak di desa Hila persis di tepi jalan raya provinsi.
Dari jauh sudah kelihatan karena bangunan yang terbuat dari kayu dan beratap seng ini dinding dicat warna kuning dan diberi lis hijau.
Masuk ke dalam Masjid Ulihalawang, tiang-tiang yang diberi nama Alif diberi kombinasi warna merah. Saya mengamati ukiran pada dinding, atas pintu dan lubang angin penuh minat. Mirip ukiran yang ada di rumah-rumah adat melayu kuno.
Baca juga : Masak di Rumah Adat Lonthoir
Saya sampai di tempat ini waktu shalat ashar. Masuk ke dalam disambut seorang jemaah berpeci haji dan minta disebut hanya sebagai Penduduk Hila. Beliau memperlihatkan 1 buah foto berpigura yang tersandar di dinding dekat pintu masuk.
Foto yang menggambarkan perjalanan sejarah Masjid Ulihalawang. Dari bangunan pertama, kedua, dan bangunan saat ini.
Bangunan pertama berupa lukisan dengan keterangan bahasa Belanda. Gambar tersebut berupa sketas diambil dari buku Francois Valentijn, seorang misionaris dan naturalis asal Belanda. Dalam bukunya Valentijn menceritakan pernah memasuki masjid ini, melihat jamaah melaksanakan ibadah dan berbincang-bincang dengan imam masjid.
- Telisik juga Senja di Banda Neira Maluku
2. Rumah Pusaka Lating Nustapy
Tak jauh dari Masjid Syekh Hasan Sulaiman berdirilah sebuah rumah pusaka. Dari bentuk bangunan dan atap rumbianya sudah kelihatan bangunan ini menyimpan banyak cerita.
Beruntung saat kami asik memotret, Bapak Saleh Tetesina, pengurus rumah ini sehari-hari datang menghampiri. Beliau yang menjelaskan sedikit banyak tentang sejarah rumah pusaka ini.
Rumah ini sudah berdiri sejak 400 tahun lalu. Sejak jaman Potugis dan sukses melawati era penjajahan Belanda. Rumah ini merupakan salah satu saksi penyebaran agama Islam di Maluku.
Kesultanannya membawahi 16 negeri, dengan 4 soa ( suku). Sudah beberapa kali kali mengalami renovasi. Tahun lalu Atap Pamali ( atap rumah) dan kayu loteng baru saja di ganti karena sudah lapuk.
Rumah Pusaka Lating Nustapy ini terkait dengan empat kesultanan yang berada di Maluku yakni Kesultanan Ternate, Tidore dan Jailolo. Itu lah mengapa saat penggantian atap ketiga kesultanan tersebut juga terlibat.
3. Benteng Amsterdam Ambon
Dari Hila kami bergerak ke Keitetu, untuk berjumpa dengan Fort Amsterdam. Bangunan yang sudah berusia ratusan tahun tapi masih kokoh.
Berdiri di tepi laut, awalnya merupakan Loji milik Portugis untuk menyimpan rempah-rempah. Tahun 1605 diambil alih oleh Belanda dan dirubah menjadi kubu pertahanan.
Bangunan yang tak lapuk walau sudah menentang angin laut selama ratusan tahun berbentuk kotak dengan jendela mirip kandang burung bila dibandingkan dengan besarnya bangunan.
Disebut Blok Huis oleh Belanda dan terdiri dari 3 lantai. Dulunya lantai pertama diperuntukan sebagai tempat tidur Serdadu. Lantai dua pusat seleuruh aktivitas di gedung ini, , ruang pertemuan dan rapat para pejabat Belanda. Lantai 3 baru lah untuk memantau segala kesibukan jalur laut di depannya.
- Telisik juga Wisata Sejarah Pulau Banda Neira
- Telisik juga Kepoin Ibu-Ibu Masak Bersama di Rumah Adat Lonthoir
Membandingkan dengan foto-foto yang beredar di internet, Benteng Amsterdam saat ini sudah lebih terawat. Sekarang sering digunakan untuk pentas acara seni. Dilengkapi bangku bangku yang terbuat dari pelepah sagu berjajar di halaman.
Baca juga : Wisata Kanal Amsterdam Melewati Rumah Anne Frank
4. Gereja Tua Immanuel Salah Satu Rekomendasi Wisata Sejarah di Ambon Manise
Tak jauh dari Benteng Amsterdam berdiri gereja paling tua di Provinsi Maluku, Gereja Immanuel. Bangunan sederhana yang diberi pagar kayu sederhana pula. Sebuah menara lonceng di halaman kayu-kayunya juga sudah tua dan sederhana.
Gereja tua Immanuel sudah berdiri sejak tahun 1659 semasa penjajahan Portugis dilanjutkan sampai VOC. Walau sudah mengalami pemugaran bentuk lamanya tetap dipertahankan. Dengan tembok bercat putih, jendela dan pintu kayu, atapnya dari rumbia.
Melongok ke dalam, kesederhanaan masih mengikuti. Lantai berubin merah, sebuah altar dengan 2 barisan bangku kayu yang berjajar menghadapnya.
Pak Toni, pemilik rental mobil Keliling Ambon yang digunakan Genpi menceritakan keunikan lain dari gereja ini. Terdapat dua altar berbeda. Yang menghadap ke barat merupakan altar yang digunakan pada masa penjajahan Portugis.
Altar yang menghadap Timur altar yang dipakai pada masa penjajahan Belanda. Tapi karena diceritakan setelah mobil meninggalkan tempat itu, saya tak bisa memastikan. Sebab saat memotret ke dalam yang terlihat hanya satu altar. Tak memperhatikan mana Barat dan Timur.
Gereja Immanuel pernah mengalami kerusakan saat kerusuhan tahun 1999. Terulang kembali tahun 2011. Untunglah sekarang di muka halaman terpampang tulisan sebagai bangunan cagar budaya.
Jadi siapapun yang merusak akan terkena sanksi hukum. Mungkin ini juga satu sebab pintu gereja ini dibiarkan selalu terbuka.
Sore itu saya mampir ke sana tak terlihat seorang pun. Tempat wisata sejarah di Ambon ini tampak sedikit kesepian. Hanya dari jauh terlihat seorang bapak yang sedang membetulkan sesuatu di halaman rumahnya. Pada nyala saya minta izin untuk masuk ke dalam.
5. Masjid Tua Wapauwe Kaitetu
Perjalanan ke 5 tempat wisata sejarah keren di ambon berlanjut Masjid Tua Wapauwe Kaitetu. Memasuki halaman bangunan kayu beratap rumbiah ini saya sedikit terkesima. Bangunannya seperti datang dari berabad silam. Memang begitu lah. Masjid yang sudah menjalani 7 abad masa, 200 tahunk,l.. lebih tua dari gereja tua Imnanuel.
Masuk ke halam kita akan berjumpa dengan prasasti bertuliskan : ” Masjid Wapawe ( mangga berabu/mangga hutan) didirikan oleh: Perdana Jamillu, orang kaya Alhahulu. Pada tahun 1414 di Wawane. Pada tahun 1614 dipindah oleh Imam Rijjali ke Tehala 6 KM sebelah timur Wawane. Pada tahun 1664 masjid turun ke Negeri Atetu lengkap dengan peralatan ibadahnya. Ciri khas bangunan induknya tanpa mempergunakan paku”.
Prasasti tersebut kemudian diperjelas oleh sebuah papan mengenai sejarah singkatnya. Bahwa masjid tua ini berada di tengah pemukiman penduduk dan masih digunakan sebagai tempat ibadah sehari-hari. Juga difungsikan sebagai pusat budaya masyarakat muslim yang tinggal di Desa Kaitetu.
Nama awalnya adalah Masjid Wawane mengikuti nama gunung tempatnya berdiri di lereng nya. Pada tahun 1400-an masjid dipindah oleh Pernada Jamilu, keturunan dari Kesultanan Jailolo Maluku Utara. Beliau adalah seorang penyebar Islam di lima negeri sekitar gunung Wawane yaitu, Negeri Assen, Atetu, Tehala, dan Nukuhaly.
Tahun 1580 Belanda masuk setelah menyingkirkan Portugis yang telah 68 tahun bercokol di Maluku. Tindakan Belanda yang mengganggu kedamaian masyarakat Wawane yang mayoritas Islam, membuat mereka memutuskan untuk memindahkan masjid ke kampung Tehala 6 KM sebelah timur Wawane.
Kebetulan di tempat itu banyak pohon mangga hutan atau mangga berabu yang dalam bahasa Kaitetu disebut Wapa. Nama masjid kemudian berubah menjadi Wapauwe alias masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.
Berikut foto-foto bagunan masjid yang masuk dalam 5 tempat wisata sejarah keren di ambon :
Kisah Mistis Wisata Ambon
Tapi ada juga kisah berbau mistis dalam wisata sejarah Ambon. Mengenai keberadaan Masjid Tua Wapauwe di tempatnya sekarang. Kala itu masyarakat Tehala memutuskan memindahkan pemukiman ke Kaitetu. Tentu saja masjid tak bisa diangkut dan harus tinggal di sana. Tapi pada suatu pagi masyarakat heboh, tahu tahu masjid tersebut telah ikut pindah ke Kaitetu.
Terlepas dari cerita mistis nya, Masjid Wapauwe adalah masjid tertua di Maluku. Didirikan tahun 1414, karena pengaruh datangnya para pedagang Arab. Dibangun oleh Kesultanan Jailolo.
Sampai saat ini Masjid Tua Wapauwe tidak menggunakan paku alias knockdown .Jadi memang lebih mudah jika hendak dipindahkan…
Begitu lah sedikit tentang 5 rekomendasi wisata sejarah di Ambon Manise. Semoga membantu!