Phnom Penh Night Market adalah satu tempat dimana wisatawan bisa mencicipi makanan lokal khas negeri Khamer saat traveling di Ibu kota Kamboja. Seperti sudah diceritakan dalam Review Frangipani Royal Palace Hotel, lokasi menginap kami selama di ibu kota Khmer ini terletak dekat tepian sungai Phnom Penh atau di Sidowath Quay. Tempat yang hidup di senja hari. Penduduk lokal dan turis berbaur untuk jogging, aerobik, taichi, jalan-jalan makan angin seperti saya atau hanya sekedar duduk di bangku taman dan memandang lalu lalang kapal di Sungai Tonle Sap.
Tidak jauh dari sana tersebut lah Phnom Penh Night Market. Anak muda Khmer menyebutnya Psar Reatrey, tempat populer bagi mereka untuk berkumpul pada malam Jumat sampai Minggu malam. Pasar Malam ini tak hanya ngetop dengan aneka kuliner lokal, berisi kios menjual pakaian dan aksesoris. Terdapat sebuah panggung di tengahnya. Panggung ini tempat ajang uji kemampuan atau melampiaskan galau bagi penyanyi, musisi dan penari lokal.
Kios Makanan di Pasar Malam Phnom Penh
Phnom Penh Night Market memang menjual aneka kebutuhan. Untuk saya barang-barang di sini kurang menarik. Tak punya ciri khas seperti Bogoyoke Ang San Market di Yangon – Myanmar.
Jadi selama berada di Pasar Malam ini aktivitas kami hanya mencari makan malam. Jadi fokus saya dalam tulisan ini hanya soal kuliner kaki lima Kmer. Sebuah pengalaman yang perlu teman-teman coba karena goyang lidah dengan kuliner lokal di Phnom Penh Night Market ini sungguh seru.
Untuk memulai goyang lidah dengan kuliner lokal di night market Phnom Penh, kita mulai dari kios makanan terletak persis di belakang panggung utama. Berjajar dengan pelataran beralas tikar di depannya. Sepatu harus dibuka sebelum duduk. Berbagi dengan keluarga penduduk lokal, saya dan suami pun ambil tempat layaknya di rumah sendiri. Bagi yang bermasalah dengan lutut atau hujan bisa masuk ke dalam kios. Di sana ada meja dengan bangku-bangku plastik.
Nah malam pertama itu kami memilih kios seafood. Masih menunggu hidangan siap, tiba-tiba gerimis turun satu persatu. Kami masuk ke dalam kios dan bersempit-sempit pelanggan lain. Tapi dinikmati saja karena inilah kesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk lokal.
Ragam Makanan di Pasar Malam Phnom Penh
Banyak jenis makanan yang bisa dipilih di Night Market Phnom Penh ini. Mulai dari bermacam daging panggang atau sate, mie, sosis Kamboja, kari, seafood, dan lumpia. Gerobak makanan ekstrem pun terlihat. Ada tarantula goreng, kalajengking, jangkrik, tempayak dan laba-laba. Saya sampai tidak tega mendekat. Antara ngeri dan jijik. Bahkan sekedar memotret. Di sini kita juga dapat menemukan es kopi yang enak dan air tebu.
Memang pasar ini adalah tempat terbaik untuk mencicipi makanan lokal authentic dengan harga lokal juga. Saya juga bertemulok lok lak, tumis daging sapi yang Juicy. Disajikan dengan tomat manis, mentimun mentah dan bawang segar. Untuk pelengkap mereka memberikan jus lemon dan lada hitam. Lok lok sebetulnya asli Vietnam tapi dipopuler Kamboja sebagai makanan tradisional mereka.
Malam pertama kami di Phnom Phnom Phen, saya memilih ikan bakar yang dipanggang dalam kertas almunium. Cara membakar ikan yang higienis disamping menghindarkan makanan hangus, menciptakan zat carcinogenic pemicu kanker.
Yang menarik makan di tempat seperti ini adalah tiap selesai makan mereka memberi buah potong, pencuci mulut.
Baca juga : Menggila di Batu Night Spectacular
Jajajan Pasar di Phnom Penh Night Market
Yang menarik lagi bagi saya di Phnom Penh Night Market ini adalah jajanan pasar. Goyang Lidah di Night Market Phnom Penh serasa sempurna. Semuanya mirip jajanan pasar yang ada di Indonesia. Mulai dari bubur beras yang diberi bunga labu, kacang goreng dan irisan kelapa muda. Ada lagi bubur talas bersantan, bola-bola ketan berisi kacang untuk menikmati ronde. Bermacam kue basah, gorengan, sampai buah Iris. Terselip juga kari Kamboja. Semua makanan tersebut dalam wadah panci dan dihampar dalam satu meja. Pembeli tinggal menunjuk apa yang diinginkan, dilayani dan langsung dinikmati di depan hamparan makanan tersebut.
Walau Pak Suami mencoba bubur sumsum talas, tampaknya enak banget saya agak ragu ikut mencoba. Dengan perut sensitif begini, daripada jalan-jalan di Kamboja berakhir dengan sakit perut lebih baik saya menahan selera. Tapi karena dipaksa akhirnya mencoba sedikit. Untung gak apa-apa. Sebenarnya saya pun ingin mencicipi buah iris yang kelihatan menggiurkan. Langsung gagal ketika seekor lalat tampak sibuk di atasnya di atasnya.
Jam Buka Pasar Malam Phnom Penh
Pasar malam Phnom Phen ini suasananya kalang kabut. Kios-kios kecil yang menjual aneka pakaian dan asesoris sepertinya memang cocok untuk masyarakat lokal saja. Tak ada yang istimewa atau berciri khusus. Para turi hanya berkeliaran di sekitar area kuliner. Mereka yang ingin menyalurkan bakat menyanyi akan datang ke panggung dan membisikkan ke petugas disana bahwa mereka ingin menyumbangkan lagu. Malam itu saya sangat terhibur oleh turis dari korea yang menyanyikan lagu Cinta dari negaranya. Melodinya lembut dan suaranya berayun romantis, membuat malam gerimis itu lebih berkesan.
Jam buka Pasar Malam Phnom Penh mulai pukul 6 sore hingga tengah malam. Hari Jumat, Sabtu dan Minggu.
“Jika lebih banyak dari kita menghargai makanan, semangat dan lagu daripada menimbun emas, dunia akan lebih meriah.”
–