Pulau Banda Besar – Ritual adat Cuci Parigi Pusaka bersifat unik. Mungkin satu-satunya di Indonesia. Tak heran bila acara ini mendapat perhatian besar pengunjung dari dalam negeri dan luar negeri. Kelangkaan momen ini yang jadi salah satu daya tarik. Digelar setiap 10 tahun sekali oleh warga Negeri Lonthoir Kecamatan Banda Kabupaten Maluku Tengah dengan melibatkan saudara-saudara berlainan kampung dan suku.
Perayaan Cuci Parigi atau Cuci Sumur Pusaka dibuka oleh Gubernur Maluku Said Assagaff. Setelah Tifa dipukul, dari arah Rumah Adat Lonthoir, terlihat 99 orang pria memasuki area parigi pusaka dengan mengarak belang darat, perahu tradisional yang juga dikenal sebagai kora-kota. Mereka adalah pasukan akan membersihkan Parigi Pusaka.
Dalam pidato pembukaan, gubernur Maluku Said Assagaff meminta masyarakat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berterima kasih kepada leluhur sebab berkat mereka yang menjalankan tradisi cuci Parigi pusaka ini, sumber air untuk Negeri Lonthoir tetap terjaga hingga sekarang.
Disiram berkat air parigiRitual Cuci Parigi Pusaka Sebagai Ujud Rasa Syukur
Menurut gubernur Maluku Said assagaff lagi masyarakat harus banyak bersyukur sebab Tuhan yang Mahakuasa memberikan sumber daya alam berlimpah kepada Rakyat Banda. Termasuk Parigi pusaka ini. Tentu saja rasa syukur tersebut disertai rasa terima kasih kepada para nenek moyang, orang tua yang sudah menjalankan tradisi Cuci Parigi ini dan sekarang meneruskannya kepada anak cucu mereka.
Gubernur Maluku Said assagaff juga meminta agar tradisi ini terus dipertahankan, dijadikan warisan bagi generasi yang akan datang. Ditambah lagi ajang Cuci Parigi bisa disangkutkan dalam ajang promosi pariwisata Kepulauan Banda. Karena keunikan acara ini sangat pekat.
Ajang Pesta Rakyat Banda diadakan setiap tahun. Tahun ini Cuci Parigi Pusaka dimasukkan ke dalam agenda utamanya. Harapan lain gubernur adalah Dinas Pariwisata Maluku dapat menata acara ini lebih baik untuk tahun-tahun ke depan. Sehingga bisa dijadikan untuk pengembangan potensi wisata yang ada di Banda.
- Baca lengkap tentang Cuci Parigi di sini
Ketua panitia Cuci Parigi Pusaka Hidayat Yusuf memberi keterangan bahwa selain membersihkan Parigi, cuci Parigi pusaka ini dimaknai sebagai pencucian diri warga dan negeri. Sementara penamaan Parigi pusaka yang salah satu keistimewaan nya adalah air tidak pernah kering meski musim panas dan kemarau berkepanjangan. Ditambah lagi air Parigi tanpa dimasak pun bisa langsung diminum. Warga Lonthoir bahkan percaya bahwa air Parigi pusaka ini sama seperti air zam-zam dari tanah suci Mekkah.
Ditambahkan oleh Hidayat Yusuf bahwa Upacara Parigi diadakan setiap 10 tahun sekali. Tujuannya selain membersihkan sumur, juga mensucikan warga dan Negeri dari segala kotoran.
Disamping itu acara cuci Parigi pusaka juga dijadikan sebagai ajang merawat persaudaraan. Karena melibatkan warga Kampung Baru dan warga Silawane dari Tehoru Maluku Tengah. Juga sebuah tradisi bagi masyarakat Banda yang tinggal di perantauan untuk kembali pulang kampung untuk ikut serta meramaikan tradisi kolosal ini.
Menimba Parigi Pusaka
Menimba Parigi PusakaBegitu masuk ke dalam area Parigi pusaka, 99 orang pemuda yang berasal dari 9 suku (so) mengarak belang darat, langsung mengambil tempat untuk memulai menimba air dari Parigi. Kerjasama mereka diiringi syair-syair kabata, dalam bahasa adat yang ditingkahi irama Tifa. Selama proses pembuangan air yang berlangsung 2 jam, syair kadang diganti dengan shalawat Rasul.
Saat proses menimba air masih berlangsung, puluhan pria dan wanita penari Cakalele asal Negeri Kampung Baru yang jadi Gandong ( adik negeri Lonthoir) memasuki area dan mereka ikut menimba.
Selama prosesi cuci Parigi, air air yang ditimbang dalam sumur disiramkan kepada masyarakat yang menginginkan. Lumpurnya pun digosokkan ke wajah, tangan dan kaki. Bahkan air juga ditampung dan dimasukkan ke dalam botol botol untuk dibawa pulang. Sekalipun air mulai terlihat kotor oleh tanah dan lumpur, namun tak seorang warga pun yang merasa gatal.
Disiram air sumur keramat tapi tak gatalAir Parigi pusaka menjadi rebutan dengan disiram langsung atau dibawa pulang sebagai oleh-oleh bagi keluarga yang tidak ikut acara ini. Mereka percaya bahwa air dari sumur Parigi pusaka mengandung berkat.
Setelah Parigi kering, pasukan Cakalele kemudian menjemput kain gajah dari rumah adat. Kain dengan panjang 99 meter, berwarna putih, digunakan untuk membilas dan melap dasar Parigi hingga benar-benar bersih. Selama itu tarian Siamali dari Negeri Lonthoir ditampilkan dengan melantunkan kabata, bahasa tanah.
Baca Juga Tradisi 10 tahunan di pesta rakyat Banda 2018
Kain gajah yang telah digunakan untuk menyerap sisa air dan kotoran Parigi diangkat dari sumur kemudian diangkut oleh puluhan wanita menuju pantai Negeri Lonthoir. Mereka tidak beralas kaki, berbaris, menggotong di atas bahu, menuruni 360 anak tangga warna warni Lonthoir, pergi ke pantai untuk membersihkan kain gajah tersebut.
Prosesi ritual cuci Parigi dipilih waktunya saat Air Laut surut. Jadi ketika air pasang, Parigi pun akan kembali tergenang.
Sejarah Ritual Cuci Parigi Pusaka
Bedak Dingin dari lumpur Parigi PusakaKetua pelaksana Hidayat juga bercerita lebih lanjut bahwa cuci sumur pusaka ini berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Lonthoir. Menurut cerita turun temurun, pada suatu ketika sejumlah ulama penyebar Islam dari Timur Tengah mencari air untuk berwudhu untuk menunaikan shalat. Tak terlihat sumur atau mata air di sana. Tapi tiba-tiba seekor kucing meloncat dari semak-semak. Setelah diperiksa ternyata tempat muncul kucing tersebut adalah sumber mata air. Sampai sekarang sumber mata air tersebut dipertahanan sebagai Parigi Pusaka. Konon sebelumnya tempat ini tidak mempunyai mata air. Parigi berada di atas ketinggian sekitar 300 m dari permukaan laut.
Lonthoir Akan Jadi Destinasi Wisata Sejarah
Dermaga Lonthoir Pulau Banda BesarKamal Rimosan, Kepala Bidang Destinasi area IV Asdep Pengembangan Destinasi Regional III, mengatakan bahwa event cuci Parigi Pusaka akan jadi agenda terjadwal bagi pariwisata Banda. Karena wisatawan dari dari negara-negara yang pernah berebut buah pala di Kepulauan Banda, pasti akan lebih tertarik.
Seperti kita tahu, karena kekayaan alamnya, Pulau Banda pernah jadi rebutan banyak negara. Yang pernah datang ke sini adalah Belanda, Spanyol dan Portugis. Nilai sejarah inilah yang akan jadi daya tarik. Dan masyarakat Banda pun terbuka bagi kedatangan turis dari negara-negara tersebut karena mereka sudah berdamai dengan masa lalu.
Ritual Cuci Parigi di kampung Lonthoir berlangsung 10 tahun sekali. Namun Kamal berharap, selama rentang 10 tahun tersebut, akan ada event yang menggambarkan atraksi budaya cuci Parigi pusaka ini. Jadi bagi wisata mancanegara yang datang akan tetap merasakan sedikit sensasinya.
Maksud Kamal adalah semacam atraksi budaya dan digelar di lokasi yang sama. Dengan begitu bisa berharap Parigi ini bisa jadi destinasi tujuan wisata baru di Kepulauan Banda.
Pulau Banda yang memikatBegitu pun Menteri Pariwisata Arief Yahya tentu saja mengapresiasi aktivitas masyarakat Banda yang melestarikan budaya Cuci Parigi Pusaka. Seperti kita tahu dan sadari bersama bila suatu kebudayaan dilestarikan akan bisa membawa kesejahteraan. Apalagi bila ada event-event bagus yang menunjang maka impactnya akan luar biasa, ujar Menteri Pariwisata Indonesia tersebut.
Jangan lupa bahwa Banda Naira memiliki banyak situs sejarah yang layak dikunjungi wisatawan. Ada Benteng
Belgica, rumah pengasingan Hatta Sutan Syahrir, Cipto Mangunkusumo, pemimpin kemerdekaan revolusioner.
Belum lagi Banda juga terkenal sebagai area diving dan snorkeling. Airnya yang jernih, kehidupan laut yang berlimpah, ditambah lagi terumbu karang yang indah, jadi modal yang akan membuat pariwisata Banda akan semakin Cemerlang..