Ada yang unik di Kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu wisata kerbau rawa Danau Panggang. Sudah banyak diulas para netizen maupun media massa mainstream. Bagaimana tidak unik jika puluhan kerbau berkandang di atas air, berenang mencari makan tanpa dikawal. Setiap pagi hewan-hewan ini di lepas dari kandang dan sore kembali sendiri.
Saya pertama membaca wisata kerbau rawa Danau Panggang saat blogwalking. Langsung terpukau oleh keunikannya. Kok bisa kerbau menghabiskan sebagian besar hidupnya di rawa atau berendam di dalam air? Namanya juga kerbau rawa, kan…
Memulai Perjalanan Wisata Kerbau Rawa Danau Panggang
Akhirnya saat berada di Tabalong yang notabene sudah dekat ke Kabupaten Hulu Sungai Utara, kesempatan itu datang. Menjelang subuh kami berangkat dari Hotel Aston Tabalong. Butuh sekitar 2 jam untuk sampai di Pasar Danau Panggang, lokasi dermaga yang akan membawa kami ke tempat wisata Kerbau Rawa Danau Panggang.
Usai menunaikan salat subuh, saya beranjak ke dermaga. Ternyata di sana sudah sibuk. Sebuah kapal kayu berlabuh dengan menurunkan rumput rawa gambut. Lelaki dan perempuan sibuk membagi-bagi tumpukan menurut yang akan memesan. Rumput yang terikat rapi itu nanti akan dijadikan bakul, kipas, tas, topi purun mapun tikar purun oleh penduduk setempat.
Hari sudah meninggalkan malam dan pagi pucat pun merambat datang. Satu persatu kami menaiki kapal motor fiber dan mulai menyusur sungai. Di tepi ada perkampungan di atas air yang saling terhubung dengan jembatan kayu. Perahu jukung bersandar di bawah tangga. Lampu-lampu masih menyala, redup jatuh ditelan air.
Air sungai yang terhubung dengan Danau Panggang, berwarna hijau kecoklatan, berkecipak dibelah perut kapal. Selain rumput pemandangan juga ditingkahi tanaman eceng gondok. Sesekali kami pun berpapasan dengan penduduk yang memulai aktivitas.
Baca juga : Kampung Rawa Ambarawa, Menikmati Menu Makanan Kampung
Perjumpaan Pertama Dengan Kerbau Rawa
Kami sampai 30 sampai 40 menit kemudian. Langit yang datar menutup kehadiran bercak jingga pagi. Tapi saya tetap excited. Apa lagi ketika mulai melihat dua kandang kerbau di kejauhan. Perahu mematikan mesin dan mendekat.
Puluhan kerbau rawa yang berdiri berdesakan hanya menatap dua kapal motor dengan tatapan kosong. Sepertinya tidak terusik. Sambil menunggu pengembala yang akan melepaskan ternaknya, saya mulai mengamati kerbau tersebut satu persatu.
Beragam ukurannya. Yang muda warna kulitnya lebih terang, sementara yang tua lebih gelap. Berat yang terbesar bisa mencapai berat 100 kg. Beberapa terlihat punya sobekan di telinga. Rupanya itu sebagai tanda kepemilikan. Karena kerbau-kerbau yang berdiri di atas kandang yang terbuat dari kayu ulin tersebut dimiliki beberapa orang. Mereka ditandai agar tak tertukar.
Baca juga : Rumah Gadang Bukittinggi
Tak lama satu jukung dengan 2 penumpang muncul dari dalam kabut. Seorang diantaranya memegang bambu panjang yang sesekali digunakan menyentuh dasar danau. Mereka tersenyum ramah menyapa. Rupanya sudah terbiasa menerima wisatawan seperti kami. Setelah memberi salam bapak itu mulai melaksanakan tugas. Membuka pagar, mengarahkan kerbau-kerbau dengan stik bambu agar segera terjun ke dalam air.
Mestinya peribahasa seperti menghela kambing ke air di tambah dengan seperti menghalau kerbau rawa ke air. Walau setiap hari berkubang dengan air, rupanya tak otomatis kawanan kerbau Rawa Panggang ini langsung bersemangat ketika kandang dibuka. Beberapa diantaranya tampak enggan dan terpaksa didorong dengan stik bambu.
Menggunakan tangga papan, satu persatu hewan bertanduk ini terjun ke air. Mungkin karena bobot tubuh mereka yang cukup beras, langsung saja tenggelam. Beberapa detik kepala mereka muncul kembali dan langsung berenang menuju tempat merumput yang sudah ditentukan.
Baca juga : Masjid Jami Air Tiris Kampar Riau
Nonton Video Kerbau Rawa Panggang di sini
Lucunya Bayi-Bayi Kerbau Rawa Danau Panggang Merumput
Kerbau kerbau dewasa disuruh menjauh, berenang ke sumber rumput padihyang, makanan pokok mereka. Takjub melihat mereka berbaris membentuk garis lurus. Sesekali kepalanya hilang timbul di tengah air kecoklatan.
Sementara kerbau rawa Danau Panggang yang kecil diarahkan ke samping kandang. Mereka diberi makan di sana. Lucu banget menyaksikan bagaimana anak-anak kerbau yang mirip tikus itu berebut memamah rumput. Kadang-kadang mereka saling tindih.
Baca juga : Rumput Gelagah dan Sapu Gelagah
Cara Menuju Danau Panggang
Ambil penerbangan ke Banjarmasin atau Bandara Syamsudin Noor. Diteruskan ke kota Amuntai sekitar 4-5 jam berkendara. Jangan kuatir jalannya sudah beraspal mulus dan cukup lebar. Dari Amuntai ditambah satu setengah jam lagi menuju Kecamatan Danau Panggang. Kalau sudah sampai di pasar Danau Panggang baru cari perahu di dermaga untuk menuju lokasi kerbau rawa. Sebaiknya bepergian dengan beberapa orang atau rombongan agar bisa patungan menyewa Perahu.