Semakin sering berjalan semakin sadar bahwa mengamati adalah hal terpenting dalam satu trip. Intensitas pengamatan akan membuka intiensitas terhadap simpul simpul informasi dan relasi antar manusia. Dalam perjalanan ke provinsi Riau, saya tidak memasukkan Masjid Jami Air Tiris ke dalam itinerary. Namun dalam perjalanan ke Kabupaten Kampar, dalam mobil yang sedang melaju, saya mendengar Pak Fuad. Beliau warga lokal yang mengawani kami selama di Riau. Menyebut-nyebut tentang masjid paling tua di kabupaten Kampar kepada suami yang duduk di depan. Dari sana lah pintu terbuka untuk saya, mendengar langsung sejarah dari Pak Udin, Garin masjid bersejarah tersebut. Dari tidak tahu saya banyak dapat gambar Masjid Jami Air Tiris. Tahu sedikit mengenai asal usul Masjid Jami Air Tiris. Belajar tentang motif ukiran yang penuh makna. Terutama tentang sejarah berdirinya Masjid Jami Air Tiris yang juga dihiasi mitos. Ah dalam tiap perjalanan nikmat mana yang perlu didustakan?
Pertemuan dengan Garin Masjid Jami
Pulang dari memotret Candi Muara Takus, mobil pun diarahkan menuju lokasi masjid yang terletak di Pasar Usang Air Tiris, Desa Tanjung barulak, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Tak terkira senangnya begitu turun dari mobil mata langsung dihadang bangunan kayu dengan banyak ukiran khas Melayu. Atap seng dengan cat coklat kemerahan. Usai sholat ashar saat itu. Tak terlihat seorang pun jamaah atau pengurus Masjid. Setelah memutari bangunan sejenak, dengan mengucap Assalamualaikum saya mendaki tangga. Udara segar khas masjid langsung terasa saat memasuki bangunan yang sudah berdiri sejak 1901 tersebut. Tak Pak Udin pun muncul. Beliau adalah Garin masjid dan dari beliau pulalah saya mendengarkan sejarah Masjid Jami Air Tiris berasitektur Melayu dan Cina. Beliau juga memberi saya buku Mesjid Djami’ Air Tiris karang DRS. H. Abbas Hassan yang saya gunakan dalam posting ini.
Asal usul Masjid Jami Air Tiris Kampar Riau
Ketika jalan raya belum terbentuk transportasi antar Negeri dihubungkan oleh sungai. Begitu pun terbentuknya sebuah kota, dari tepi sungai. Seperti Kota Pekanbaru. Awalnya pasar lalu berkembang menjadi sebuah kota.
Sekitar tahun 1950 pasar yang awalnya terletak persis di tepi sungai Kampar semakin ramai. Lalu digeser sedikit ke daratan yang sekarang disebut Pasar Air Tiris. Pasar ini semakin ramai dengan kedatangan para pedagang Dari Sumatera Barat. Banyak daganan yang mereka bawa, terutamanya barang-barang kebutuhan pokok. Dalam buku karangan DRS. Haji Abbas Hasan ini nama-nama yang berpengaruh atas pasar ini tercatat dengan teliti. Salah seorang adalah Datuk Mudo Songkal, kepala Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris. Dengan berkembangnya pasar beliau merasa sudah saatnya mendirikan masjid. Tak hanya sebagai tempat persinggahan para pedagang menunaikan shalat tapi juga bagi masyarakat sekitar.
- Baca di sini tentang: Monumen Dalam Setiap Jiwa
Niat tersebut diusulkan kepada Datuk Palo yang berkantor di pasar tersebut. Dalam budaya Minangkabau, Datuk Angku Palo bikinan Belanda, dijadikan sebagai kedudukan tertinggi dari jabatan ninik mamak. Datuk Palo Air Tiris membawa usulan Datuk Mudo Songkal ke tingkat Ninik Mamak kenegerian Sungai tiris. Ternyata Ninik Mamak XII Kenegerian Air Tiris pun memandang perlu membangun mesjid . Banyak pedagang membutuhkan tempat layak untuk beribadah. Pun Sebagai negeri yang Islami masjid di pasar adalah sebuah pilihan yang elok.
Sejarah Masjid Jamik Air Tiris Kampar
Setelah usulan Datuk Muda Songkal diterima, para ninik mamak segera melanjutkan rembuk. Panitia pelaksana pembangunan Masjid Jami Air Tiris langsung dibentuk dan di bawah komando Ninik Mamak XII. Kerangka kerja pun di buat yang meliputi:
- Mencari areal lokasi tempat masjid akan dibangun
- Mengumpulkan kayu-kayu yang dibutuhkan.
- Mencari tukang dan pekerja.
- Apa saja yang di bisa disumbangkan oleh bajau-bajau Air Tiris ( Bajau mungkin semacam banjar di Bali yang merupakan kesatuan masyarakat hukum, memiliki batas-batas wilayah. Berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat)
- Apakah dikerjakan secara gotong royong atau dibayar
Rapat selanjutnya menentukan areal tanah tempat berdirinya Masjid. Tanah yang diusahakan oleh Ninik Mamak XII kenagarian Air Tiris. Di sini terlihat bahwa masjid kuno ini di kerjakan secara Swadaya oleh masyarakat sendiri. Secara gotong royong dan tidak dibayar.
Kayu dan Sandi dibebankan kepada masyarakat Banjar Air Tiris.
Tukang diambil dari tukang yang ada di Pasar Air Tiris.
Pelaksanaan dilakukan secara gotong royong
- Begitupun pencarian kayu dan bahan untuk sandi dibagi secara merata oleh setiap ban jauh atau desa. Masing-masing adalah :
2 batang kayu Kartini dan Sandi - 2 batang rusuk
- 2 batang talenggang
- 2 batang Phogan
- 2 batang ambang.
- 5 batang kaso.
- 10 batang Le’ atau ring.
- 10 meter kayu Punak untuk atap dan pintu.
- Pagar kayu dinding dari kayu tantstunguDan beberapa kayu lain seperti pitatal, Rangau dan lain-lain.
Karena masjid tidak menggunakan paku maka diusahakan menemukan kayu yang telah tua, tinggi dengan ukuran 2 kali pelukan tangan manusia. Kayu-kayu tersebut nanti tidak perlu disambung. Pertemuan dua bilah kayu menggunakan pasak.
Cerita Gaib Dalam Pembangunan Masjid Jami Air Tiris
Dalam pembuatan masjid ini terdapat juga cerita-cerita gaib yang dicatat sebagai bagian sejarah pendirian. Terutamanya cerita gaib di seputar Datuk Songkal. Seperti saat mencari kayu di hutan Kalusu di atas Banjau Sawah. Disana tak ditemukan kayu yang memenuhi syarat maka rombongan pencari masuk ke dalam hutan lebih lebat, hutan Tapung namanya. Menjelang sore barulah bertemu kayu yang dibutuhkan. Karena tak mungkin menebang saat itu juga, rombongan memutuskan bermalam di bawah pokok yang akan ditebang besok. Anehnya keesokan paginya kayu tersebut menghilang. Maka Datuk Songkal bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dari sana beliau mengajak rombongan menuju suatu tempat dan di sanalah kayu tersebut ditemukan. Kayu tersebut dapat kita temukan dalam Masjid Jami Air Tiris sekarang dengan ukiran kalimat basmalah. Cerita ini mirip dengan saat Sunan Kalijaga mencari Tiang Soko Guru bagi Masjid Agung Demak, kayunya juga menghilang. Beliau bersemedi dalam Goa Kreo sebelum menemukan lokasi kayu hilang tersebut. Baca ceritanya dalam: Jejak Sunan Kalijaga Goa Kreo Semarang
Begitupun kayu yang berasal dari Banjar Tanjung Bolik tak terlepas dengan cerita mitos. Saat kayu yang dihela menuju lokasi Masjid Jamik Air Tiris kayu-kayu ini terhujam ke dalam lumpur. Sekalipun banyak orang mengangkatnya, hanya Datuk Songkal yang bisa mengeluarkannya. Begitu pun suatu kali menabrak pohon besar dengan sarang lebah di atasnya. Datuk Muda Songkal memerintahkan agar lebah lebah yang kalang kabut kembali ke sarang. Setelah para lebah kembali masuk, sarangnya dipindahkan pohon lain.
Ketika kayu sampai di bajau anak-anak berlari, berebut bermain di atasnya. Salah seorang tidak sengaja pipis di atas kayu tersebut. Seketika anak itu kesakitan dan pingsan. Datuk Songkal mengobatai dengan cara meminta masyarakat membasuh kayu tersebut. Airnya ditampung untuk diminum kepada sang anak. Sebentar saja anak tersebut sudah kembali sehat. Kayu itu sekarang di dalam masjid diukir dengan kalimat Bismillahirrohmanirrohim.
Begitu pula dengan kayu banjau Nago Baralih, kayu Banjau Batu Belah, juga tidak lepas dari cerita kesaktian Datuk Muda Songkal.
Batu Sondi dan Kepala Kerbau Keramat
Di sebelah timur masjid terdapat sebuah kolam. Pikir saya tadinya itu untuk wudhu. Di dasar kolam terdapat sebuah gumpalan batu, sudah berlumut, dan mirip sekali kepala kerbau. Ternyata ada cerita keramat pula dibalik kepala kerbau ini.
Bermula dari pencarian batu sondi (sandi – tapak tiang bangunan) di Sungai Kampar. Namun batu berbentuk kepala kerbau ini ditemukan di Pulau Godang Bangkinang. Tidak digunakan sebagai batu sondi karena kegaiban yang di bawanya. Bila air dalam bak kering, ia akan kehausan, lalu menguak seperti halnya kerbau hidup. Menurut kepercayaan setempat bila batu Kepala kerbau di Masjid Jami Air Tiris menguak, ekornya yang berada di Johor Malaysia ikut berkibas kibas. Dan batu Kepala kerbau ini sering berpindah tempat tanpa bantuan manusia. Ia pernah juga masuk ke dalam sumur sedalam 7 meter. Kembali ke tempat semula tanpa tahu siapa yang mengeluarkan. Sejak batu itu di rendam dalam bak di bawah menara masjid, ia pernah berbunyi lagi.
Masyarakat juga percaya bahwa air rendaman batu Kepala kerbau ini bisa dijadikan obat. Terutama menyembuhkan anak-anak yang sakit. Bila dimandikan denganairnya, atas izin Allah mereka akan sehat kembali.
- Baca di sini tentang: Membangun Masyarakat Kepercayaan Tinggi
Menegakkan Tiang Tua
Setelah semua bahan terkumpul dibuatlah kenduri untuk menegakkan tiang tua. Dihadiri oleh masyarakat dan juga pemerintahan Belanda yang diwakili oleh afdeling Bangkinang dan istri. Kenduri ini menyembelih beberapa ekor kerbau. Masyarakat beramai-ramai menyumbang beras yang kumpulkan dalam tempayan besar. Hingga saat ini tempayan tersebut masih ada di dalam masjid.
Singkat cerita setelah afdeling Belanda dan istrinya meninggalkan tempat, kayu untuk tiang tua mulai didirikan oleh masyarakat bersama-sama. Dalam peristiwa ini terjadi keajaiban sekali lagi yakni ketika pemasangan menara induk dengan gonjong setinggi 3 m. Jarak dari tanah ke tempat pemasangan gonjong yang setinggi 20 meter membuat orang-orang merasa ngeri. Hanya Haji Ibrahim yang berani naik untuk memasangnya. Saat pemasangan memang terjadi insiden dengan jatuhnya Haji Ibrahim dari ketinggian. Keajaiban tersebut terjadi di sana sebab Haji Ibrahim ternyata baik-baik saja. Sekalipun saat jatuh kepala dan badannya membentur tiang tiang sebelum sampai ke tanah.
Motif ukiran pada Masjid Jami Air Tiris Kampar
Satu lagi yang menarik bagi saya saat berkunjung ke sini adalah mengamati motif ukiran. Badan bangunan baik di dinding maupun di dalam masjid dihias ukiran asli Melayu Kampar. Ada yang disebut motif bunga tengah atau bunga matahari dan motif anyaman terawang.
Ada makna yang dalam di balik penggunaan motif-motif tersebut.
Bunga matahari biasanya ditempatkan sebagai bunga tengah atau bunga induk. Karena bunga matahari melambangkan keindahan, kebesaran, dan keceriaan.
Di tengahnya motif terdapat daun melingkar sebanyak 8 helai. Ini melambangkan perpaduan, kekompakan, dan keharmonisan masyarakat yang bertekad bulat untuk mewujudkan keyakinan. Bunga matahari juga melambangkan kehidupan. Karena matahari diawali dengan terbit dari bawah, naik ke atas, lalu turun ke bawah lagi dan akhirnya tenggelam. Matahari juga mewakili hidup yang seperti roda yang selalu berputar. Kadang ke atas dan ke bawah silih berganti.
Motif Anyaman Terawang
Motif anyaman Terawang dapat kita lihat pada tikar pandan, Sajadah, tas pandan atau kampia dan sumpit .
Maknanya adalah bahwa kehidupan Perlu diisi dan diselang seling antara kepentingan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi, keluarga dan masyarakat.
Motif sulaman pandan atau Terawang juga melambangkan pentingnya kerjasama, saling mengisi dan kompak dalam masyarakat. Ini juga lambang bahwa silang pendapat itu soal biasa apabila disatukan sedemikian rupa akan membawa hasil yang baik.
Motif pucuk rebung. Pucuk rebung cikal bakal batang bambu. Sebelum jadi bambu rebung lunak. Seiring waktu rebung berubah menjadi keras. Ini adalah lambang dari konsep pendidikan. Sebuah proses untuk membentuk watak dan pribadi manusia. Dimulai sejak masa kanak-kanak sampai dewasa. Demikian juga untuk menanamkan jiwa agama harus dimulai dari bayi atau masa kanak-kanak.
Motif Bunga Manggis
Motif ukuran asli Kampar bunga manggis disusun berjajar. Fungsinya sebagai ventilasi. Di atasnya disebut Siong Siong atau gangsing yang juga berfungsi sebagai ventilasi dan keindahan.
Gasing dalam tradisi Melayu adalah mainan anak Kampar. Gasing baru bisa dimainkan apabila diputar. Semakin kuat putarannya semakin lincah dan indah gerakannya. Ini melambangkan bahwa hidup kita perlu bekerja dan bergerak terus serta kreatif. Kita tak boleh menunggu nasib atau tergantung pada orang lain.
Motif bunga manggis melambangkan keindahan dan kesuburan serta kekuatan lokal. Cikal bakal buah yang digemari banyak orang karena enak rasanya. Manggis meruapakan lambang kejujuran yang nampak di luar tapi kenyataan ada di dalam. Buah manggis tidak munafik. Demikian pula seharusnya hidup bermasyarakat yang perlu kejujuran dan ketulusan dalam beramal.