Sebagai destinasi wisata, Lombok mengikuti jejak Bali, bersinar di segala lini. Meliputi alam dan budaya. Pantai-pantai keren dengan air laut yang biru bening. Seperti Pantai Mandalika tempat berlangsungnya Festival Bau Nyale setiap tahun. Namun kalau bosan, untuk wisata Lombok selain pantai, travellers bisa berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende, melihat dari dekat berbagai tradisi suku sasak.
Lombok kaya dengan tradisi yang patut dikenal oleh dunia. Maka Dusun Sasak dikembangkan dan dikelola secara profesional untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok. Wisatawan yang datang ke sini dapat kesempatan mengenal tradisi Suku Sasak yang hingga saat ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat.
Siang itu saya dan teman-teman disambut oleh Pak Semi, kepala Dusun Sasak Ende. Kedatangan kami melengkapi eksplorasi wisata Lombok bersamaan dengan Festival Bau Nyale 2019.
Baca juga Bau Nyale Pestanya Rakyat Lombok
Pak Semi juga bertindak sebagai guide Dusun Sasak Ende, membawa kami berkeliling desa. Dengan luas sekitar 1,5 hektar berisi 30 rumah tradisional yang ditempati oleh 135 anggota keluarga. Sekalipun masih memegang erat tradisi nenek moyang, masyarakat Dusun Ende sendiri mayoritas beragama Islam. Sehari-hari mereka menggunakan bahasa suku Sasak walau berbicara dalam bahasa Indonesia pun bukanlah masalah.
Rumah-Rumah di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
Yang pertama diperkenalkan Pak Semi adalah rumah adat suku Sasak. Disebut Bale Tani. Bangunannya 100% menggunakan bahan alami. Terdiri derdiri dari kayu dan bambu. Kayu sebagai tiang sementara anyaman bambu untuk dinding sementara atapnya adalah daun alang-alang kering.
Pintu masuk ke dalam rumah dibuat rendah dan sempit. Maksudnya agar siapapun yang masuk ke sana menundukan kepala. Menundukan kepala adalah laku rendah hati di hadapan Sang Maha Kuasa.
Rumah adat suku Sasak terdiri dari berbagai macam Bale, di antaranya ialah Bale Tani atau Bale Gunung Rata.
Baca juga Masak di Rumah Adat Lonthoir
Saya penuh minat memperhatikan Lantai Bale Tani di Desa Wisata Sasak Ende ini. Terbuat dari campuran tanah, getah pohon, abu jerami, yang digosok dengan kotoran kerbau. Fungsi kotoran hewan ini untuk merekatkan agar lantai tidak mudah retak.
Bale Tani dibagi dua bagian yaitu Bale Dalam dan Bale Luar. Bale Dalam dalam diperuntukkan untuk wanita yang biasanya terdiri dari ibu dan anak gadisnya. Bale dalam juga berfungsi sebagai dapur. Bale Luar diperuntukkan untuk anggota keluarga pria atau ayah dan anak lelakinya. Bale luar juga sebagai ruang tamu.
Karena suami istri tidur terpisah, saya pun iseng bertanya kepada Pak Sammy. “Bagaimana jika hendak melakukan suami istri, Pak?”
Pertanyaan saya dijawab dengan serius. Bahwa sang suami akan masuk ke dalam rumah.
“Terus bagaimana dengan anak gadisnya kalau mereka mempunyai anak?”
Baik anak pria yang tidur di luar maupun anak perempuan yang tidur di dalam bersama ibu akan mengerti. Mereka tidak akan bertanya kalau pun melihat ayah mereka menyelinap ke dalam. Kalaupun merasa aneh mereka akan tutup mulut. Karena hal seperti itu sudah biasa dalam masyarakat suku Sasak.
Sungguh sangat berharga berkunjung ke tempat wisata Lombok selain pantai ini. Cerita mereka tentang adat istiadat meletupkan rasa bangga pada Indonesia yang multi etnis ini.
Kawin Culik Adat Perkawinan Suku Sasak
Kalau ingin belajar tentang adat isitiada suatu suku memang sebaiknya belajar pada ahli yang memangku budaya tersebut. Seperti Pak Semi.
Pak Semi juga menjelaskan tentang tata cara adat perkawinan suku sasak, kawin culik atau kawin lari.
Perempuan dan laki-laki yang berniat menyatukan cinta untuk membangun rumah tangga akan membuat kesepakatan. Kapan prosesi kawin culik atau kawin lari akan diadakan. Harus malam hari dan tak seorangpun boleh tahu. Disamping mencegah keributan juga juga menghindari penculikan pria lain yang bisa jadi saingan pria lain yang juga ingin meminang si gadis.
Begitu pun, jika tidak dilakukan diam-diam, bila ada keluarga yang tak setuju, perkawinan bisa gagal.
Penculikan itu dengan membawa wanita ke rumah kerabat sang pria. Jadi bukan kerumah prianya langsung. Itu juga untuk mencegah kemungkinan keributan yang bisa terjadi. Orang tua wanita yang anaknya diculik kemudian akan mengadu kepada lembaga adat.
Setelah beberapa hari disembunyikan oleh kerabat sang pria, keluarga pria kemudian akan datang menemui keluarga wanita. Memberitahukan jika putri mereka telah melakukan prosesi kawin lari bersama anak laki-laki mereka. Ada juga yang menyampaikan informasi lewat kepala suku adat masing-masing.
Jika keluarga wanita menerima, selanjutnya kedua keluarga menggelar rapat untuk memusyawarahkan prosesi pernikahan selanjutnya. Prosesi pernikahan sendiri akan disahkan secara adat dan agama.
Baca juga Upacara Adat Dayak Sa’ban
Wanita suku Sasak juga menerima mahar. Jumlahnya tidak tentu. Tergantung jarak tempat tinggal calon mempelai wanita ke tempat tinggal pria. Dasar perhitungan misalnya melewati beberapa masjid atau jembatan. Jika kedua mempelai tinggal satu kampung, mahar cukup Rp500.000.
Yang berlainan desa itu yang berat. Kadang nilai mahar bisa mencapai 40-50 juta rupaih. Tapi jumlah persisnya biasanya akan melalui tawar-menawar dan perundingan rumit yang melibatkan pejabat desa dan lembaga adat.
Bagaimana jika yang ingin menculik bukan pria suku Sasak? Pria tersebut akan dikenai denda oleh kadar dengan jumlah yang juga ditentukan secara musyawarah antar keluarga dan lembaga adat.
Baca juga : Wisata Pantai Lombok Tengah, 4 Spot Cakep Untuk Instagram
Permainan Anak-Anak Lombok
Banyak jenis permainan tradisional anak-anak Lombok yang masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya kami nikmati kala berkunjung ke Desa Adat Ende Lombok.
Dengan berpakaian adat anak-anak usia 8 sampai 12 tahun berbaris mengelilingi sangkar ayam. Mereka bernyanyi dan berbalas pantun.
Jadi ingat permainan seperti itu dulu juga saya lakukan bersama teman-teman di kampung. Sebelum mengaji dan saat terang bulan.
Baca juga: Kuliner Khas Lombok: Bahan, Bumbu dan Cara Memasak
Tradisi Peresean, Seni Bela Diri Suku Sasak
Tradisi peresean sudah hidup sejak ratusan tahun lalu. Dulu sering digunakan sebagai media pelampiasan emosi raja-raja dan prajurit perang kerajaan di Lombok.
Seiring waktu tradisi ini terawetkan sebagai ritual sakral. Seperti untuk meminta hujan yang digelar saat musim panas. Sementara untuk keperluan pariwisata dan pesta adat, Peresean digunakan menyambut tamu.
Baca juga : Padepokan Filosofi Yasnaya Polyana
Cara Main Peresean di Desa Wisata Sasak Ende Lombok
Saat itu kami dipertunjukkan peresean ala anak-anak. Dua anak sebagai pemain dan satu juri.
Dengan berbekal dua stik kayu dan 2 perisai mereka saling memukul. Yang terkena pukulan dianggap kalah. Tugas juri adalah mengawasi pertandingan berjalan mengikuti aturan. Jika terlihat pelanggaran sang juri akan meniup peluit keras-keras.
Baca juga Bau Nyale Pestanya Rakyat Lombok
Yang lucu dari salah satu wisata Lombok selain pantai ini adalah jurinya. Kadang ia melakukan tugas sambil menari. Atau memperagakan gerakan-gerakan silat. Kadang meniup terompet.
Di Dusun Ende Lombok wisatawan yang ingin mencoba tradisi peresean juga dipersilakan.
Karena setelah ratusan tahun tradisi peresean juga jadi hiburan bagi masyarakat. Tapi tetap dengan menggalang semangat sportifitas.
Menenun Kewajiban Perempuan Lombok
Penyuka wastra nusantara pasti sepakat bahwa kain tenun Lombok sangat indah. Tentu saja karena mereka lahir dari tangan-tangan wanita terampil yang latihan bertahun-tahun. Tangan yang mulai dilatih sejak masa kanak-kanak.
Karena bagi suku Sasak, semua anak perempuan harus bisa menenun sejak dini. Menenun merupakan bekal mereka dalam mengarungi rumah tangga kelak.
Bagi wanita Sasak menenun adalah kewajiban. Mereka hanya boleh menikah setelah bisa menenun. Sebelum menikah anak gadis diharuskan membuat 3 sarung tenun. Satu untuk dirinya sendiri, satu untuk suami, dan satu lagi untuk mertua perempuan.
Pun di Desa Wisata Lombok Tengah ini, anak-anak peremuan sejak umur 10 tahun sudah terampil mengayunkan mesin tenun tradisional.
Ada makna dibalik keharusan menenun sebelum menikah bagi wanita Sasak. Dari menenun perempuan akan belajar tentang kesabaran. Bayangkan saja untuk satu kain tenun paling cepat dibutuhkan waktu hingga 1 bulan. Dengan melatih kesabaran seperti itu anak gadis dianggap siap menjalani bahtera rumah tangga.
Maka tak heran ya mengapa tenun Lombok terlihat khas dengan motif dan warna cantik-cantik?
Desa Wisata Sasak Ende Lombok Tempat Belajar Tentang Perlengkapan Pakaian Adat
Pak Semi dari Desa Wisata Sasak Ende Lombok juga menyingung sedikit tentang pakaian adat Wanita Sasak. Untung sebelumnya sudah menonton parade budaya di Festival Bau Nyale, satu lagi wisata Lombok selain pantai. Dari menonton festival itu jadi lebih mudah mengikuti cerita Pak Semi.
Dari menonton Parade Budaya Putri Mandalika saya tambah memahami pakaian dan berbagai asesoris yang melengkapinya.
Lambung – Pakaian adat perempuan suku sasak disebut Lumbung. Atasan hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk huruf “V” dan sedikit hiasan pada kaos gigir dengan benang emas, perak atau pita. Pakaian ini menggunakan kain pelung
Lempot – Selendang dari kain tenun panjang bercorak khas yang disampirkan pada pundak bagian kiri. Penggunaan selendang ini memiliki makna sebagai perlambang kasih sayang.
Pangkak – Perlengkapan busana adat lainnya yang bisa dipelajari di Desa Wisata Sasak Ende adalah Pangkak. Berupa mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan bunga mawar. Diselipkan di sela-sela konde atau sanggul.
Tangkong, jenis pakaian dalam tradisi Suku Sasak yang dibuat dari beludru atau brokat.
Tungkak, kain sabuk panjang. Ujungnya berumbai, dililitkan pada bagian pinggang sebelah kiri. Tungkak digunakan sebagai lambang kesuburan dan pengabdian.
Lempot, kain tenun panjang yang dilekatkan pada pundak bagian kiri. Ini adalah simbol cinta dan kasih sayang.
Kereng, tak lain dari tenun songket, merupakan simbol kesopanan dan kesuburan. Dililitkan di bagian pinggang hingga batas mata kaki.
Wanita Sasak juga mengenakan aksesoris seperti pending emas atau perak. Diikat dengan rantai perak dan difungsikan sebagai ikat pinggang.
Longgar, hiasan berisi bunga emas yang diselipkan di bagian kode, giwang atau anting-anting.
Selama di wisata di Lombok Tengah, saya sering juga melihat mata uang suku atau ketip. Rupanya ini juga salah satu benda yang digunakan dalam tradisi Suku Sasak. Umumya dijadikan bros atau kalung oleh wanita Sasak. Peran aksesoris ternyata cukup penting dalam busana adat wanita Lombok.
Itu lah sedikit ulasan tentang Desa Wisata Sasak Ende, sebagai salah satu destinasi budaya dari wisata Lombok selain pantai.