Destinasi wisata Riau yang berada di Kabupaten Kampar, Kota Pekan Baru dan Kabupaten Siak ini saya jalani selama 2 hari. Berkah menulis. Sesaat sebelum Covid-19 merambah Indonesia, saya dan suami menggunakan tiket tersebut piknik bagian Pulau Sumatera yang belum pernah kami kunjungi. Diantaranya adalah Ulu Kasok, Candi Muara Takus, Rest Area Jembatan Panjang, Masjid Jami Air Tiris, Rumah Singgah Tuan Kadi, Komplek Makam Marhum Pekan,
Antara Dumai dan Pulau Rupat, pilihan jatuh ke Pekanbaru dan sekitarnya. Karena waktunya mepet saya mempersiapkan semuanya dengan seksama. Semua pemesanan akomodasi dilakukan dari Tangerang. Mulai dari membuat itinerary, booking hotel dan menyewa mobil. Terima kasih untuk teman-teman penulis perjalanan, wisata 2 hari kami ke Riau berjalan lancar dan kami enjoy banget di sana.
Destinasi Wisata Riau Kabupaten Kampar
Subuh-subuh kami sudah berangkat dari rumah menuju Bandara Soekarno-Hatta. Mengambil penerbangan pertama ke Pekanbaru rencananya langsung memulai perjalanan. Sesaat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II mobil sudah menunggu. Tapi sebelumnya kami dibawa driver sarapan Ketupat Pecel khas Bukittinggi tak jauh dari Bandara. Maklum di Pekanbaru banyak sekali perantau Minang. Jadi mencari makanan khas Sumatera Barat bukan masalah di sana.Â
Kabupaten Kampar beribu kota Bangkinang. Dua nama manis yang disandangnya, Bumi Sarimadu dan Serambi Mekah-nya Riau, menggambarkan keelokan alam dan kekayaan sejarah di kabupaten ini.
Ulo Kasok, Raja Ampat Riau
Ulu kasok salah satu destinasi unik Propinsi Riau. Banyak di sebut sebagai Raja Ampat Riu. Atau Raja Ampat Mini di Sumatera. Itu lah yang mendorong saya menetapkan salah satu destinasi wisata Riau ini sebagai singgahan pertama.
Memang selintas lalu memandang dari atas bukit, puncak pulau-pulau yang tergenang air kurang lebih memang mirip dengan pulau-pulau karang di Raja Ampat Papua.
Tadinya agak skeptis dengan julukan tersebut. Kan kebiasaan kita membanding-bandingkan satu tempat dengan tempat lain yang dianggap mirip. Tapi terkadang jauh banget bedanya.
Untunglah destinasi wisata yang masuk Kabupaten Kampar ini cukup menjanjikan. Setelah sampai di puncak Ulu Kasok skeptis saya lumer. Lautan air berwarna hijau bak mutu manikam menyegarkan mata.
PLTA Koto Panjang Destinasi Wisata Riau
Danau Ulu Kasok ini sebenarnya adalah Waduk Koto Panjang. Airnya digunakan oleh PLTA kota Panjang dengan menenggelam 5 desa. Jadi puncak bukit-bukit yang tidak tenggelam memberi impresi sebagai pulau dan memberi aroma Raja Ampat.
Sayangnya waktu kesini fasilitas wisata belum lengkap. Setidaknya untuk naik ke atas masih berupa jalan tanah. Tapi untuk foto-foto selfie dengan latar belakang danau Ulu Kasok sudah memadai. Sudah tersedia platform kayu dan bambu untuk nyantai.
Walaupun suasana saat itu sepi namun teman-teman yang menjual jasa fotografer cukup banyak juga. Dengan keterampilan memotret dan edit, hasil foto bisa langsung ditransfer ke ponsel pelanggan.
Sayangnya saya tidak bisa berlama-lama disini karena akan melanjutkan perjalanan ke Candi Muara Takus.
Ohya ada banyak spot di tepian Ulu Kasok. Cari saja yang propertinya memenuhi selera teman-teman.Â
Lokasi : Pulau Gadang, Tj. Alai, Kec. XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau 28554.
Biaya Masuk: Rp.10.000. Kalau ingin berkeliling dengan perahu: Nego. Harga 20.000-30.000
Destinasi Wisata Sejarah di Riau, Candi Muara Takus
Saya sudah berkunjung ke Candi Muaro di Jambi. Kunjungan ke destinasi wisata Riau Muara Takus memang disengaja untuk melengkapi objek candi dalam daftar wishlist travelling saya.
Berada sekitar 135 km dari kota Pekanbaru, di desa muara Takus, kabupaten Kampar. Jalan Raya Bangkinang-Payakumbuh yang dilewati mulus bak pipi anak gadis ranum. Hanya sesaat memasuki kawasan candi, sekitar 1 km, jalannya agak sempit dengan di kiri-kanan hutan dan kebun lebat.
Sayangnya tidak ada transportasi umum. Teman-teman harus sewa mobil atau ojek. Namun tidak usah kuatir mengenai makan dan minuman. Di luar lokasi sudah tersedia tenda-tenda yang jual indomie rebus sampai ke air kelapa muda.
Dan perjalanan jauh tersebut akan langsung terbayarkan. Karena Candi peninggalan Sriwijaya dengan corak agama Buddha ini terawat dengan baik setelah mengalami beberapa kali restorasi. Taman dengan rumput yang tertata rapi.
Ada 4 candi berdiri di tengah komplek berupa Candi Mahligai, Candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka jadi objek sempurna untuk membawamu ke masa lalu.
Ohya tidak ada biaya masuk ke Candi Muara Takus. Setidaknya begitu yang saya alami kemarin. Hanya karena kami meminta seseorang yang berdiri di pos jaga dan minta diceritakan sedikit mengenai keadaan candi, kami hanya memberi tips. Itu pun tidak ditentukan jumlahnya.
Lokasi: Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar.
Biaya Masuk: Waktu itu kami tidak dikutip tiket masuk.
Â
Rest Area Jembatan Panjang
Menurut orang, sebuah perjalanan akan tambah menarik bila bertemu dengan hal-hal tidak diduga. Dalam perjalanan kembali ke Pekanbaru kami menemukan Rest Area Jembatan Panjang.
Tempat perhentian sementara perjalanan lintas Sumatera-Riau. Di dermaga 1 Danau PLTA Koto Panjang ini kamu akan bertemu dengan panorma indah. Ai jernihnya dan pemandangan ke tengah danau jadi hiburan tersendiri kala kita menikmati makanan.
Rest Area Jembatan Koto Panjang menyediakan tempat makan dan toko oleh-oleh.
Saya mampir di rumah makan Rantau Limago yang saya pikir awalnya sebagai Rumah Makan Padang. Eh ternytara bukan.
Saya ketahui ketika bertukar cakap dengan pengunjung, dua orang bapak paruh baya. Mereka bercakap-cakap dan bahasanya mirip bahasa Minang yang saya kenal. Tapi juga tidak persis seperti bahasa Minang yang saya kenal di kabupaten Agam. Dari pembicaraan dengan mereka baru tahu bahwa mereka memang bukan orang Minang.
Mereka berasal dari suku Kampar yang menyebut diri mereka sebagai orang Ocu. Secara etnis, sejarah, adat, dan budaya mereka memang dekat dengan Minangkabau khususnya dengan masyarakat di kabupaten Lima Puluh Kota.
Masjid Jami Nomor 1 Air Tiris
Sebenarnya masjid Jami Air Tiris tidak termasuk dalam itinerary kami. Rupanya yang punya mobil tahu bawa yang sewa mobil mereka adalah travel travel blogger :). Jadi lah kami kebagian driver yang mengetahui seluk beluk destinasi wisata dan tempat makan selama di Pekanbaru. Kunjungan ke masjid tua ini adalah ide sang driver. Tentu saja tawaran itu disambut dengan senang hati.
Seperti terlihat pada fotonya masjid ini dibangun tahun 1901 atas prakarsa seorang ulama bernama angku Mudo Songkal.
Baca juga : Masjid Jami Air Tiris Kampar Riau
Wisata Pekan Baru
Sebagai ibukota Riau, Pekanbaru tidak kalah menarik untuk dijelajahi. Mulai dari wisata alam sampai budaya. Namun dalam pos Wisata Riau Kampar Pekanbaru dan Siak ini, saya hanya mengunjungi dua tempat wisata budaya, yaitu Rumah Singgah tuan Kadi dan Kompleks Pemakaman Marhum Pekan.Â
Rumah Singgah Tuan Kadi di Pekanbaru
Hari terus merambat sore. Setelah sampai kembali di Pekanbaru tujuan kami langsung ke kampung Bandar Senapelan, tempat sangat bersejarah di kota Pekanbaru. Disini berdiri situs cagar budaya terkait dengan kerajaan Siak Indrapura, yakni Rumah Singgah Tuan Kadi
Seperti teman-teman tahu bahwa Pekanbaru pernah jadi di ibukota kerajaan Siak Indrapura. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah tahun 1775 memperkasai pindah ibukota kerajaan Siak dari mempura ke senapelan.
Bangunan rumah panggung kayu berdiri hanya berjarak 20 meter dari Sungai Siak. Berarsitektur tradisional Melayu, dulu digunakan anggota kerajaan Siak sebagai tempat istirahat. Sayang hari sudah terlalu sore, rumah sudah terkunci, tidak ada akses untuk mengintip di sana-sini :).
Di belakang rumah ini terdapat taman yang dibangun oleh Pemda setempat. Sore itu tak terlihat warga Pekanbaru menghabiskan sore di tepi sungai.
Baca juga : Pekan Lingkungan Hidup : Indonesia Jorok!
Wisata Pekanbaru Komplek Makam Marhum Pekan
Dalam blog ini saya banyak menulis tentang makam-makam bersejarah. Terawat dan sebagian dijadikan sebagai tempat tujuan ziarah (wista rohani).Jadi kunjungan ke komplek makam marhum pekan ini untuk melengkapi situs makam dalam blog ini.
Baca juga Makam Keramat di Pulau Angso Duo
Kompleks makam Marhum Pekan merupakan komplek pemakaman pendiri kota Pekanbaru bersama keluarganya. Dan tentu saja masih terkait dengan keluarga kerajaan Siak.
Komplek pemakaman terletak persis di samping masjid Raya Senapelan yang juga adalah masjid tertua di Pekanbaru. Lokasinya masih di tepi Sungai Siak.
Kompleks makam sendiri terbagi dua yaitu di dalam cungkup dan diluar cungkup. Yang berada di dalam selain Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah atau Sultan Siak, juga terdapat makam permaisuri, anak serta cucu.
Sedang makam yang diluar cungkup terdiri dari kerabat dekat dan jauh Sultan.
Baca juga : Makam Sultan Suriansyah Banjarmasin
Wisata Kabupaten Siak
Hari kedua berada di Pekanbaru destinasi kami selanjutnya adalah kabupaten Siak. Tujuan utamanya tentu saja Istana Siak yang sudah terkenal kemana-mana itu. Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, melipir ke Tepian Bandar Sungai Jantan, berperahu untuk melihat Siak Sri Inderapura dari sungai.
Nanti kita juga akan melihat makam Raja Siak terakhir dan keluarganya di Komplek Makam Koto Tinggi.
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah juga dikenal sebagai jembatan Siak.
Kita tak boleh berhenti di badan jembatan. Kalau ingin mengambil foto berhenti sekitar 100 meter menjelang badan jembatan. Jembatan yang melintas di atas Sungai Siak kota Siak Sri Inderapura provinsi Riau ini dari jauh memang sudah kelihatan keren.
Berbagai keunikan dari jembatan ini, pemda setempat juga menjadikannya sebagai ikon wisata di kabupaten Siak.
Itu lah mengapa tidak hanya saya yang berhenti di tempat itu siang itu. Beberapa orang pelintas juga menepi sekadar berfoto-foto dengan keluarga mereka.
Nama jembatan ini berasal dari permaisuri Sultan Kesultanan Siak terakhir yaitu Sultan Syarif Kasim II.
Mulai dibangun tahun 2001 dan diresmikan oleh presiden SBY pada tahun 2017, memiliki penampilan fisik yang unik. Ada dua menara yang menjulang setinggi 80 meter yang dilengkapi oleh lift ke puncak menara. Saat itu saya tidak tahu pasti apakah boleh naik ke atas menara. Tapi kalau diizinkan dari tempat ini kita bisa melihat keseluruhan keindahan kota Siak.
Istana Siak Sri Inderapura
Istana Siak Sri Inderapura atau dikenal juga sebagai istana Asserayah Hasyimiyah atau Istana Matahari Timur merupakan kediaman resmi Sultan Siak. Mulai dibangun pada tahun 1889. Terletak persis di tepi sungai Siak, merupakan peninggalan kerajaan Melayu dengan arsitektur percampuran Melayu, Eropa dan Arab.
Tidak jauh dari pembelian tiket masuk kita akan dibawa jalan setapak melalui Taman menuju beranda depan istana. Masuk kedalam kita bebas eksplorasi sendiri atau menyewa guide. Untuk guide mereka tidak menetapkan tarif, terserah kebijakan kita saja.
Saya memilih masuk dengan ditemani seorang guide agar lebih mengerti sejarah yang pernah dilalui oleh kerajaan ini.
Koleksinya cukup lengkap. Ada replika singgasana kerajaan berbalut emas, duplikat mahkota kerajaan, brankas, payung, dan bahkan sebuah benda yang disebut komet.
Komet ini konon hanya terdapat dua di dunia. Sejenis alat musik gramofon dengan plat lagu terbuat dari baja ukuran berdiameter 90 cm. Yang unik alat musik ini dibunyikan dengan cara di engkol.
Istana Siak Indreapura terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari 6 ruangan dan atasnya 9 ruangan. Rasa Eropa dan arabnya sangat kental. Terlihat dari foto-foto di dinding, meja dan kursi makan, guci dan piring piring-piring keramik.
Menurut saya cukup worthed lah jauh-jauh dari Tangerang sampai ke Istana Siak Inderapura ini.
Bca juga : Istana Basa Pagaruyung Dalam Lorong Sejarah
Menyusuri Sungai Siak Berperahu Motor
Kunjungan ke kabupaten Siak tidak lengkap jika teman-teman tidak mengikuti tour perahu yang dermaganya tidak jauh dari halaman Istana Siak Inderapura. Tepian Bandar Sungai Jantan tour judulnya, berperahu menyusuri Sungai Siak dari Dermaga sampai ke Jembatan Siak.
Tepian Bandar Sungai Jantan Siak pernah masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2019 di kategori destinasi terpopuler di Indonesia.
Kapasitas perahun untuk 6 orang. Karena kami hanya berdua jadi terpaksa mencarter satu perahu. Biaya carter waktu itu Rp. 150.000 per perahu. Tapi sebenarnya kita boleh nego. Bapak driver perahu tidak akan berangkat sebelum penumpang penuh.
Wisata air dengan perahu tradisional ini berangkat dari tepian Bandar Sungai jantan menuju jembatan Tengku Agung sultanah Latifah. Di sepanjang Sungai kita bisa melihat kapal kapal tongkang yang sedang bersandar, Istana Siak sendiri, dan menikmati angin semilir. Sayang air Sungai Siak tidak sejernih. Tapi memang ada kemiripan juga dengan Sungai Melaka, dari mana model wisata diambil.
Perjalanan pergi dan pulang sekitar 30 menit.
Makam Sultan Syarif Kasim II
Petualangan saya di kabupaten Siak berlanjut menuju makam Sultan Syarif Kasim II. Terletak persis di sebelah Masjid syahabuddin, dan tak jauh pula dari Istana Siak. Dari dermaga tempat kami turun tour perahu, cukup berjalan ke kaki menuju tempat ini.Â
Sebelumnya saya sudah mengenal Sultan Syarif Kasim II lewat cerita guide di Istana Siak. Raja terakhir kesultanan Siak Inderapura yang wafat pada 23 April 1968.
Beliau adalah salah seorang sultan yang mendukung kemerdekaan republik Indonesia. Bahkan menyumbang kekayaannya lebih dari 1 triliun kepemerintahan RI kala itu. Ia juga berjasa membujuk raja-raja Sumatera Timur untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Makam terletak dalam cungkup, berlantai marmer, dihiasi jendela bagian atas berbentuk lengkung bulat.
Sultan Syarif Kasim IIÂ dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Wisata Riau Kampar Pekanbaru dan Siak kurang lengkap kalau tidak mengunjungi makam beliau.
Setelah mengucapkan alfatihah saya pun berlalu dari sana.
Baca juga : Makam Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat
Makam Keluarga Kerajaan di Riau, Komplek Koto Tinggi Siak
Di sini beristirahat dengan tenang Sultan Kasim . Makamnya dalam cungkup utama berhias dengan ukiran dengan warna dominan hijau. Di sebelah kanan makam utama terdapat makam keluarganya.
Di luar cukup juga terdapat sebanyak 62 makam yang merupakan keluarga dekat Sultan.
Destinasi Wista Riau Kampar – Klenteng Hock Siu Kiong
Dan terakhir dari Wisata Riau Pekanbaru Siak saya akhiri dengan mengunjungi Klenteng Hock Siu Kiong.
Klenteng yang sudah berusia berbilang abad, sebagai ikon pecinan Siak, yang telah turut mewarnai kerajaan Siak Inderapura yang sekarang masuk Propinsi Riau.
Berbeda dengan taman di dekat Rumah Peristirahatan Tuan Kadi, taman di depan Klenteng Hock Siu Kiong jauh lebih cantik. Dengan taman bunga dan banguku-bangku peristirahatan menghadap ke Sungai Siak, sebuah tempat yang nyaman hanya sekadar melewatkan sore.
Banyak juga ya destinasi wisata Riau walau cuma dua hari?
Yours,
Evi Indrawanto