6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House Isfahan – Travelling ke Iran menggeser sedikit pintu wawasan saya. Negeri Persia yang awalnya hanya dikenal lewat cerita 1001 malam, memunculkan hal baru dalam khazanah pengetahuan. Baru sedikit memang. Tapi siapa yang mampu menghalangi saya sudah jatuh cinta? Baik tentang alam, sejarah dan budaya negara yang sekarang berbentuk republik Islam ini?
Sebenarnya banyak yang bisa saya tulis sejak pulang bepergian dari sana. Tapi kemalasan dan keterbatasan waktu membuat segalanya ambyar! Nah dalam kondisi badai Covid-19 ini, yang memaksa saya di rumah saja hampir tujuh bulan, blog ini kembali update. Mudah-mudahan nanti rajin menceritakan hal-hal unik lainnya dari Iran. Nah untuk kali ini tentang pengalam menarik mencicip teh di Dehdashati house yang terletak di provinsi Isfahan, sekitar 340 km selatan Teheran, ibu kota Iran
1. Yang Paling Keren dari 6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House Isfahan
Rumah Dehdashti sejatinya adalah bangunan kuno yang berubah menjadi cafe. Hougar Cafe namanya. Bangunannya ini sudah sejak masa Dinasti Qajar dan jadi bagian dari Dehdashti Mansion. Dinasti Qajar sendiri memerintah Iran sejak 1794 hingga 1925. Sedangkan mansion dibangun oleh seorang pedagang minyak bernama Haj Gholam- Hossein Dehdashti. Kuno, elegan dan keren kan?
Tapi bicara tentang bangunan-bangunan bersejarah yang cantik, Iran memang tak ada duanya. Terutama di Isfahan tempat saya menikmati teh dengan gaya tradisional ini.
Hougar Cafe menyediakan 2 ruang, indoor dan outdoor. Saya dan teman-teman tentu saja memilih outdoor. Selain pemandangan ke taman cantik, penuh bunga, ada kolam air mancur di tengah, lebih asyik mengamati aktivitas penduduk lokal di tempat terbuka seperti itu.
Baca juga Masjid Shah Cheragh Seperti Istana Dongeng 1001 Malam
Kalau kamu terbiasa membaca media barat tentang Iran, gak akan menyangka bahwa masyarakat Iran tak ubahnya seperti masyarakat kota lainnya. Wanita muda sekalipun mengenakan tutup kepala, busana mereka modis, seperti gadis-gadis bermusana muslim di Indonesia. Mereka juga hangout di cafe dan mall bersama keluarga dan teman-teman seperti masyarakat kota di manapun berada.
Baca juga Rumah Teh Tibet : Mencicipi Aroma Manis dari Teh Putih
Sayangnya saat itu saya tidak sempat mengintip ke bagian dalam bangunan. Sebenarnya ada perasaan gak enak (emang evi indrawanto gitu anaknya, banyak gak enanya :)). Tapi kalau melihat dari foto-foto sih, seperti halnya bangunan klasik di Iran, semua bergaya Persia.
2. Mengenal Teh Iran Pertama Kali di Tempat Pengisian Bensin
Cara minum teh di Iran ini sudah menarik perhatian saya sejak mendarat di Imam Khomeini International Airport- Tehran. Dari airport kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Abyaneh sebuah desa di Pedesaan Barzrud , di Distrik Tengah Kabupaten Natanz, Provinsi Isfahan, Iran.
Baca juga Piknik di Kebun Teh Alahan Panjang Solok
Di perjalanan kami toilet stop di Sanara Kompleks, sebuah rest area yang terletak di Toll Road Kashan-Natanz. Di sebuah minimarket tersedia gelas plastik yang sudah berisi 1 kantong teh celup dan 1 tangakai Nabat (gula batu yang direkat seperti sate). Untuk menyeduh, pihak minimarket menyediakan gentong yang dilapisi kertas alumunium dengan kompor gas menyala di bawah.Â
Awalnya saya menduga itu hanya air hangat biasa. Saat masuk ke dalam gelas baru tahu ternyata air mendidih. Untung memegang gelas sudah hati-hati dari awal.
Saat iut juga saya langsung jatuh cinta pada tradisi minum teh Iran ini.Â
3. Menikmati Teh Dalam Acara Makan Malam
Sebenarnya tujuan kami ke Dehdashti House ini untuk makan malam. Dan minum teh adalah sampingannya.Saya menuliskan bagian minum tehnya karena sejak awal memang sudah menarik mengamati kebiasaan mereka. Gak pagi, gak siang, gak malam, teh selalu tersedia di meja.
Begitu pun pulang dari Abyaneh, saat makan malam di Sabhaye Natanz Traditional Restaurant  bertemu dengan meja berisi gentong teh dengan ketel keramik di atas. Gelas-gelas teh keramik berukiran khas ditambah pemanis gula batu atau kurma.
4. Tradisi Minum Teh di Iran
Kalau travelling saya memang paling senang kalau didongengi guide mengenai tradisi setempat. Hati akan berbinar-binar bila guidenya pintar dan pengetahuannya luas. Kan gak usah capek-capek menggali di internet tentang tradisi kuliner, ritual sosial, maupun tentang kehidupan sehari-hari penduduk setempat.
Jadi di Iran minum teh adalah tradisi keseharian yang dilakukan hampir oleh semua rumah tangga. Pagi hari, sebelum shalat subuh setiap rumah akan menyalakan Samovar, sebuah wadah logam mirip gentong yang digunakan untuk memanaskah dan merebus air. Mostly untuk menyeduh teh. Samovar dibiarkan mendidih sepanjang hari. Bagian paling atas yang berfungsi sebagai cerobong asap, digunakan menyimpan dan memanaskan teko atau poci yang diisi konsentrat teh.
Kalau kita bertandang ke setiap rumah, baik di desa yang sangat kecil atau di kota besar, kita akan mendengar suara air yang mendesis. Persis seperti yang saya dengar pertama kali melihatnya di SPBU di Natanz. Desis tersebut menandakan air sudah siap dituang ke dalam teko.
Samovar aslinya diimport dari Rusia dan kata samovar sendiri berarti memasak sendiri, juga berasal dari bahasa Rusia. Fakta ini memperlihatkan bawah ada kesamaan antara budaya teh di Iran dan di Rusia. Dan bahkan Turki. Namun menurut guide kami ada fitur khusus tentang budaya teh yang tidak dapat anda temukan di manapun selain di Iran: Teh adalah awal pertama yang ditawarkan tuan rumah kepada tamunya.
Mendengar kalimat guide terakhir, dalam hati sih saya membatin: “Gak jugak kaleee..Di Indonesia, tamu juga disughi teh kok”..Tapi emang sih di Indonesia tak punya tradisi khusus minum teh 🙂
5. Etiket Minum Teh di Iran
Begitulah. Orang Iran memulai hari dengan secangkir teh hangat dan dimaniskan dengan Nabat. Dinikmati bersama sajian sarapan. Seperti teman-teman tahu hidangan utama sarapan mereka biasanya adalah roti tipis yang disebut Lavash. Dihidangakan bersama keju, telur, sayuran yang dibakar, dan lain-lain.
Jadi mereka percaya bahwa teh manis sangat selaras dengan roti lavash dan keju. Dan mereka minum teh juga di tempat kerja, makan siang, makan malam dan bahkan sebelum tidur.
Warna, suhu, kekuatan dan rasa teh berpengaruh dalam kehidupan sosial. Apakah untuk pertemuan formal atau disajikan untuk tamu tertentu.
Ada satu etiket budaya minum yang diperlihatkan kepada kami saat menikmati di Dehdashti House. Satu gelas teh pertama setelah diamati, kembali dituangkan ke dalam teko. Rupanya tindakan ini diperlukan untuk memastikan apakah warna merata. Kalau belum teko teh akan kembali ke atas Samovar, menunggu untuk mendapatkan warna yang diperlukan.
Jadi jika kamu bertamu di rumah orang Iran, sebelum dihidangkan, cangkir teh kamu akan diperik dulu oleh tuan rumah. Untuk memastikan nada warna dan kekuatan teh. Mereka sudah berpengalaman, jadi dengan sekali pandang dibalik gelas kaca yang gemilang itu mereka tahu teh yang bagaimana yang cocok bagi tamunya.
6. Terakhir dari 6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House –Â Sejarah Teh di Iran
Fakta terakhir dari 6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House ini juga menarik. Sekalipun ritual minum teh adalah tradisi yang telah berusia ratusan tahun namun awalnya Iran tidak memproduksi teh sendiri. Teh masuk ke Iran melalui jalur sutra dari Cina sekitar abad ke-15. Orang Iran mulai menanam teh sekitar akhir abad ke-19. Itu berkat jasa seorang diplomat yang melakukan perjalanan ke India dan belajar tentang iklim yang cocok untuk menanam teh.
Berkat kelihaiannya kucing-kucingan dengan kebijakan Inggris terhadap negara lain berkaitan dengan perkebunan teh, akhirnya ia berhasil menyelundupkan 1 Anak teh ke Iran. Nama diplomat tersebut adalah Haj Muhammad Mirza Khasef Al-Saltaneh. Tak heran kan jika ia kemudian dinobatkan sebagai Bapak Teh di Iran.
Nah jika suatu saat teman-teman traveling ke Iran jangan lupa mampir ke Cafe Dehdashti House ini. Pengalaman akan makin paripurna menikmati hidangannya 🙂