Dua Jembatan Bersejarah di Isfahan dan Keramahan Paripurna Orang Iran – Isfahan merupakan kota besar ke-3 di Iran setelah Tehran dan Marshad. Tapi yang utama dalam atraksi pariwisatanya adalah berkat alam dan monumen bersejarah. Seperti Si o Se Pol Bridge atau yang dikenal juga sebagai Jembatan Allahverdi Kha. Satu lagi Jembatan Khaju atau Khajoo Bridge.
Begitu memesonanya Isfahan, sampai-sampai bekas ibu kota kerajaan Persia ini pernah disebut sebagai kota separuh dunia. Karena banyak yang percaya Isfahan memiliki semua keindahan yang terdapat di dunia.
Sungai Zayandehroud, Pelintasan Si o Se Pol Bridge dan Jembatan Khaju
Sungai Zayandehroud membelah kota dengan banyak anak sungai dan tak kurang dari 13 jembatan. 2 jembatan yang paling terkenal dan paling bersejarah adalah Si o Sepol Bridge dan Khajoo bridge atau Jembatan Khaju seperti yang akan saya ceritakan di bawah
Hunting Sunrise di Si o se Pol atau Siosepol Bridge
Hari ke-2 di Isfahan, Menjelang salat subuh saya sudah terbangun. Kami menginap di Ashkani Palace. Bangunan tua, bergaya arsitektur tradisional Persia namun sangat nyaman ditinggali. Cerita hotel ini akan saya tulis di pos terpisah.
Tapi sedikit keheranan saya saat itu. Sekalipun negaranya berbentuk Republik Islam, tidak terdengar ramai seperti layaknya masjid-masjid di Indonesia. Yang setiap subuh dengan speaker atau mic akan berkumandan pembacaan ayat suci diikuti suara Adzan.Nah di sini terasa hening. Padahal Ashkani Palace juga terletak di bekalang pasar. Pasar tua, libur tiap hari Jumat, dan terlihat banyak Masjid.
Setelah keperluan ke kamar mandi dan ibadah saya tidak bisa tidur lagi. Jadi menunggu dan mempersiapkan diri untuk hunting sunrise bersama teman-teman ke destinasi pertama: Jembatan Si o se Pol atau Siosepol dan Khajoo Bridge.
Waktu terbaik mengunjungi kedua jembatan ini, terutama untuk memotret, memang setelah subuh. Saat lampu-lampu masih menyala, sepi pengunjung, dan mentari muncul malu-malu di cakrawala.
Sayangnya kedatangan kami terlambat. Sesaat sampai, pagi sudah membuka tabir. Petugas kebersihan sudah bekerja. Dan 3 menit kemudian lampu-lampu pun mati. Sementara sisa sunrise di kaki langit hanya tingkahan gelap bagi latar belakang Siosepol.
Tapi itu tidak mengurangi semangat untuk menjelajahi jembatan Siosepol dari dekat.
Jembatan ini adalah sebuah mahakarya dari masa pemerintahan Syah Abbas 1 dari dinasti Safawi. Dibangun di bawah pengawasan dan biaya Allahverdi Khan, Jenderal terkenal berasal dari Armenia. Jadi gak heran ya jika pada masa kerajaan Safawi, orang-orang Armenia mengadakan perayaan khusus dekat jembatan ini. Nama jendral ini juga dilekatkan pada Siosepol. Dengan panjang 300 m, lebar 14 m, dan 33 lengkung, jadi jembatan terpanjang melintasi Sungai Zayandeh Ruud.
Saya belum pernah melihat jembatan ini di malam hari. Tapi kalau membayangkan, ketika lampu-lampu yang ditaruh di dalam lingkungan menyala serentak, tentu sangat indah. Apa lagi kalau datang ke sini pas liburan tahun baru tradisional Iran ( Norouz), jembatan ini akan dihiasi oleh bunga-bunga. Pasti seru sekali!
Jalan-Jalan di Tepi Sungai Zayandeh atau Zayandeh Ruud
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=QsbGrzvtT1A[/embedyt]
Se-o-Se pol and Khajoo Bridege, dua jembatan bersejarah di Iran
Menjelang fajar naik sepenuhnya, saya menyisir tepi sungai Zandayeh. Pagi terasa romantis. Dari tempat saya mengamati air juga terasa tenang. Mengalir diam-diam dari Pegunungan Zagros nanti berakhir di rawa Gavkhouni.
Berkat air ini yang membelah Isfahan dan pinggiran kota, telah membuat Isfahan tumbuh jadi pusat budaya dan ekonomi utama Iran. Rancang bangun pada abad ke-17 oleh Syekh Bahai – Seorang cendekiawan berpengaruh dan penasihat dinasti Safawi. Memang tak sia-sia karena Zandayeh telah membantu Isfahan selama beberapa abad sebagai pusat ekonomi yang berpengaruh. Dan tentu saja memberi pemandangan hijau ke ke kota di tengah gurun pasir ini.
Konon Sungai Zayandeh Sudah lama kering. Tapi saat kedatangan saya airnya mengalir cukup deras. Sebuah keberuntungan!
Kunjungan saya saat musim semi. Zandayeh sedang berair. Tampaknya itu salah satu sebab mengapa terlihat banyak turis dan penduduk lokal berbaur pagi itu. Sebagian ada yang berjalan-jalan dan sebagian lagi duduk-duduk di kursi batu. Tempat para pembangun jembatan ini juga pernah pernah menikmati panorama serupa.
Untuk pertama kali merasakan bagaimana ramahnya orang Iran terjadi di Seisopol. Bukan sekadar ramah ala orang Indonesia yang biasanya hanya tersenyum, mereka yang memberi salam terlebih dahulu dan tak lupa bertanya dari mana asal kami. Dan mereka selalu welcome untuk difoto.
Dan keramahan seperti itu seperti itu terus berlanjut di jembatan Khajoo. Sampai-sampai ditawari sarapan segala. Baca saja sampai kebawah.
Meriahnya Piknik di Khajoo Bridge – Dua Jembatan Bersejarah di Isfahan
Sisosepol sudah cantik. Menurut saya Jembatan Khajoo lebih cantik lagi. Lokasinya tidak jauh dari Sesiopol. Usianya juga lebih muda. Dibangun Sultan Abbas ke- 2 tahun 1650. Rancang bangun berdasarkan jembatan lama yang sudah ada ditempat ini sebelumnya. Panjang 105 m, dan lebar 14 m.
Secara asitektur Jembatan Khajoo berfungsi selain sebagai jembatan, bendungan, juga memiliki fungsi utama sebagai tempat pertemuan umum. Untuk mewadahi masyarakat Persia yang suka bersosialisasi.
Itulah mengapa pagi itu saya lihat banyak sekali warga Iran sedang piknik di Khajoo. Bertemu teman-teman atau piknik menikmati hangatnya mentari pagi bersama keluarga. Pun hari itu Jumat, hari libur Iran.
Di setiap bawah lengkung, di atas platform, mereka menggelar karpet. Di atas karpet tersaji teh dan membawa makanan berupa ROTI TAFTOON atau NAN E TAFTOON. Piknik di area Dua Jembatan Bersejarah di Isfahan dan Keramahan Paripurna Orang Iran, benar-benar berkesan.
Sangat mudah untuk melihat mengapa bangunan berusia berabad-abad ini dianggap sebagai jembatan terbaik di Isfahan. Pada siang hari sinar matahari menyinari fasad ubinnya. Setelah senja lampu menerangi lengkungannya, mengisi gua dengan cahaya hangat membara.
Terdapat tempat khusus untuk raja ada di tengah jembatan. Selain patung 2 singa di setiap sisi jembatan yang matanya akan bersinar saat malam. Nah kalau kalian berkunjung bersama guide akan melihat hal-hal istimewa lain seperti lilin sisi jembatan Seperti foto di atas. Tadinya saya tidak menyadari ada pola cahaya seperti kalau tidak ditunjukan guide.
Bagian atas jembatan kayu terdiri dari lorong besar yang awalnya dirancang untuk kereta kuda, diapit trotoar pejalan kaki di kedua sisinya. Konstruksinya dengan dinding yang dipenuhi lubang angin membuat pejalan kaki jadi nyaman. Bahkan selama bulan-bulan terpanas dalam setahun, tempat ini tetap memberi hawa sejuk.
Kalau banyak waktu, banyak juga detail dari jembatan ini yang bisa kita telusuri. Seperti lukisan pada ubin dan dinding yang serba geometris. Pokoknya keren lah. Tak heran tempat ini dijadikan area rekreasi juga.
Ditawari Sarapan Keluarga Iran – Keramahan Paripurna Orang Iran
Khaju adalah satu-satunya jembatan yang ketika sungai mengalir kita bisa berjalan di atas dan di bawahnya. Masyarakat berkumpul seperti sedang merayakan lebaran. Beberapa anak muda kelihatan bernyanyi. Dengan senang hati mereka menghibur pengujung lain dengan lagu-lagu tradisional Iran. Dari sini pula Jembatan Khaju mendapat namanya sebagai The Singing Bridge.
Selama berkeliling di Khaju Bridge, berkali- kami mendapat kejutan. Terutama atas keramahtamahan warga Isfahan. Tak satu atau dua keluarga yang sedang menikmati sarapan pagi dengan kerabat mereka mengundang kami singgah dan mencicipi hidangan mereka.
Akhirnya Keramahan Paripurna Orang Iran lewat undangan makan itu kami terima dari sebuah keluarga muda. Bapak ganteng itu piknik bersama istri dan dua adik gadisnya yang cantik. Mereka menggeser duduk dan menyuruh kami makan bersama mereka. Agar kami tidak sungkan ia juga memotongkan roti Taftoon atau Lavash, roti tipis yang jadi makan bersama saus yang terbuat dari susu kambing dan bumbu-bumbu.
Sarapan bersama itu sebuah sentuhan hangat dari rakyat Iran yang rasanya bakal tinggal lama dalam kenangan. Merasa tak sia-sia telah mengunjungi dua jembatan bersejarah di Iran ini.
Setelah puas berkeliling dan memotret, matahari semakin tinggi. Kami pun beranjak untuk destinasi berikutnya. Tapi kecantikan Issfahan yang diwakili oleh dua jembatan dan keramahtamahan penduduknya akan tetap tinggal dalam sanubari.
Baca cerita Trip Iran Lainnya :
- 7 Alasan Unik Mengapa Kamu Harus ke Abyaneh Desa Merah Kuno Iran
- 6 Fakta Menarik Minum Teh di Dehdashti House Isfahan
- Masjid Shah Cheragh Seperti Istana Dongeng 1001 Malam