Kenikmatan Himalayan Fresh Coffee – Kami sedang melintas jalan Kathmandu-Pokhara. Perjalanan mobil selama tujuh jam di atas Tribuvan Highway yang penuh kelok, lubang, dan debu. Sesekali panorma berganti dengan rumah penduduk Nepal yang kalau dibandingkan dengan Jakarta jarang kelihatan bagus. Tapi tak selalu semonoton itu karena sesekali juga ditingkahi panorama alam yang elok, gunung, sungai dan sawah.
Pinggang Pegal Dan Jenuh
Kathmandu-Pokhara sebetulnya bisa ditempuh 30 menit saja dengan pesawat udara. Seperti hukum semesta, ketika kamu kurang uang biasanya punya waktu lebih banyak. Jadi kami memutuskan naik mobil travel karena perjalanan darat tentu saja lebih murah dari udara.
Perjalanan seperti itu memang harus dibayar dengan rasa bosan dan pegal-pegal di pinggang dan pinggul. Beruntung ini adalah perjalanan pertama saya ke Nepal. Sesuatu yang baru akan membuatmu selalu exited, tak masalah seberapa bosan berada di dalam mobil.
Baca di sini tentang : Gula Merah Cair Untuk Kopi Susu
Bertemu Cafe Tepi Jalan Menjual Kopi Himalaya
Sebetulnya lokasi cafe ini belum terlalu jauh dari Kathmandu. Perjalanan ke Pokhara masih sekitar 6 jam lagi. Namun sebelum berangkat kami sempat eksplorasi Kathmandu terlebih dahulu.Teman-teman fotografer melakukan street photography hunting pagi-pagi.
Jadi perjalanan saat itu sudah membuat kami lelah. Kondisi peserta yang juga diketahui persis oleh drivernya dan membuatnya memutuskan melakukan toilet stop pertama.
Kenikmatan Himalayan Fresh Coffee
Beres urusan toilet, seolah sepakat kami semua beralih ke kedai kopi yang terletak di sebelah barat tempat parkir. Tulisannya Himalayan Fresh Coffee membuat saya membayangkan kenikmatan kafein hangat mengalir di tenggorokan di tengah cuaca yang sedikit dingin.
Iya saat itu kami berada di tepi jalan raya arah Pokhara, yang belah baratnya berpagar bukit. Berlapis-lapis. Dari jauh kabut menguap ke langit berwarnah perak gelap.
Terlihat beberapa pengunjung sudah antri. Meraka berasal dari bus wisata hijau yang datang dari Pokhara. Sopir truk dan kenek yang tampak kelelahan juga terlihat antri. Aroma kopi yang enak berhamburan di udara.
Baca juga:
- Ramu Rasa Kopi Ulubelu Tanggamus Lampung
- Makan Malam Seru di Kopi Oey Bandar Lampung
- Minum Kopi Gratis di Noor Aida Bakery
- Cerita Dari Lapau Kopi Simpang Banto Magek
Menyadap Air Dari Lereng Pegunungan Himalaya
Kami harus membayar terlebih dahulu. Dengan menukarkan struk dari kasir itu lah secangkir Latte hangat akhirnya mendarat ke tangan saya.
Pelanggan kedai kopi ini bisa memilih duduk di dalam. Dengan bangku dan meja yang terbuat dari kayu, bisa pesan camilan khas Nepal Sekalian. Tapi saya memutuskan berdiri saja di depan. Nanti toh akan duduk lebih lama lagi.
Menghirup aromanya dalam-dalam saya membayangkan narasi yang dibangun olah Kopi Himalaya. Di tanam di lereng-lereng pebukitan, dirawat secara organik, menggunakan air berasal dari lelehan salju Himalaya.
Saya belum bisa memandang Himalaya saat itu. Nanti 6 jam lagi di Pokhara. Itu pun kalau kami sampai matahari masih bersedia menemani. Tapi Tak apa lah kalaupun malam sampainya. Walau tidak akan trekking mendakinya, setidaknya bayang-bayangnya yang cantik akan bebas saya nikmati 3 hari selama tinggal di kota itu.
Yang jelas hari itu kenikmatan Himalayan Fresh Coffee racikan Latte tinggal sangat lama dalam kenangan. Bahkan sampai hari ini, ketika perjalanan itu sudah saya lakukan sekitar 3 tahun lalu.
Semoga setelah pandemi berlalu bisa traveling lagi ke sana. Amin